Foomer Official – Hari jadi ke-104 RS Borromeus Bandung menjadi momentum berharga untuk kembali menegaskan komitmen dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Perayaan ini tidak hanya sekadar seremoni, melainkan diisi dengan berbagai kegiatan promotif dan preventif yang relevan dengan kebutuhan kesehatan warga. Mulai dari peluncuran komunitas Borromeus Runners, olahraga bersama seperti salsation, hingga talk show kesehatan dengan tema besar “Burden of Health Problems in Bandung: The Importance of Promotive and Preventive Medicine”, semua disiapkan untuk memberikan nilai nyata. Kehadiran program donor darah juga mempertegas peran RS Borromeus dalam mendukung Palang Merah Indonesia demi ketersediaan stok darah. Lebih dari sekadar peringatan, acara ini menjadi bukti nyata dedikasi rumah sakit yang telah mendampingi masyarakat Bandung dan Jawa Barat selama lebih dari satu abad. Dengan pendekatan promotif dan preventif, RS Borromeus menegaskan bahwa kesehatan masyarakat bukan hanya soal pengobatan, melainkan juga soal pencegahan sebelum penyakit datang.
“Baca juga: Viral: Minum Air di Tengah Malam Bikin Ginjal Rusak?“
Dalam peringatan HUT ke-104, Direktur Utama RS Borromeus, dr. Chandra Mulyono, Sp.S, yang diwakili oleh dr. Marvin Marino, SpGK, AIFO-K, menekankan rasa syukur atas perjalanan panjang rumah sakit ini. Beliau menegaskan bahwa tantangan kesehatan di era sekarang semakin kompleks. Penyakit menular seperti DBD dan penyakit tidak menular seperti diabetes serta hipertensi menjadi perhatian utama. Karena itu, RS Borromeus berkomitmen untuk terus meningkatkan mutu pelayanan sekaligus memperkuat program edukasi masyarakat. Upaya promotif dan preventif dinilai penting agar masyarakat terlindungi sejak dini, bukan hanya saat mereka jatuh sakit. Ucapan terima kasih juga diberikan kepada mitra dan masyarakat yang selama ini telah mempercayakan layanan kesehatan kepada RS Borromeus. Momen syukur ini memperlihatkan bagaimana keberlanjutan sebuah pelayanan kesehatan lahir dari komitmen kuat, kolaborasi dengan banyak pihak, serta kepercayaan masyarakat yang tidak pernah putus selama lebih dari seratus tahun.
Salah satu sorotan utama dalam perayaan ini adalah penyelenggaraan talk show yang membahas beban kesehatan di Kota Bandung. Topik besar yang diangkat adalah pentingnya upaya promotif dan preventif dalam menghadapi masalah kesehatan yang kian meningkat. Dengan menghadirkan dokter spesialis hingga pejabat dinas kesehatan, acara ini tidak hanya menjadi wadah diskusi, tetapi juga media edukasi untuk masyarakat luas. Melalui forum ini, berbagai masalah kesehatan yang dihadapi warga Bandung dibahas secara menyeluruh. Termasuk di dalamnya ancaman demam berdarah dengue (DBD) yang terus meningkat, hingga penyakit tidak menular yang kini mendominasi beban rumah sakit. Dengan gaya interaktif, talk show ini diharapkan mampu membuka wawasan masyarakat tentang pentingnya gaya hidup sehat, pencegahan sejak dini, serta kesiapan menghadapi ancaman kesehatan masa depan.
DBD menjadi salah satu isu kesehatan yang paling disorot dalam acara ini. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, hingga pertengahan 2025 Jawa Barat mencatat lebih dari 17 ribu kasus DBD, menjadikannya provinsi dengan jumlah kasus tertinggi di Indonesia. Angka kematian akibat dengue di Jawa Barat bahkan menempati urutan kedua secara nasional. Kota Bandung dan Kabupaten Bandung juga masuk dalam tiga besar wilayah dengan kasus tertinggi di Indonesia. Fakta ini jelas menegaskan bahwa DBD masih menjadi ancaman nyata bagi keluarga. Dengan kondisi tersebut, RS Borromeus mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Pencegahan sederhana seperti Gerakan 3M Plus, menjaga kebersihan lingkungan, dan memanfaatkan program vaksinasi dapat menjadi langkah efektif. Tanpa keterlibatan aktif masyarakat, upaya pemerintah dan tenaga medis tidak akan mampu menekan angka kasus yang terus meningkat.
dr. Sony Adam, SH, MM, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung, menekankan pentingnya peran masyarakat dalam upaya pencegahan. Menurutnya, edukasi dan keterlibatan aktif setiap keluarga adalah kunci utama menekan kasus DBD. Pemerintah telah berupaya dengan program surveilans, pemberantasan sarang nyamuk, hingga promosi vaksinasi. Namun, tanpa dukungan masyarakat, semua langkah tersebut tidak akan maksimal. Oleh karena itu, setiap keluarga diajak untuk lebih peduli terhadap lingkungan rumah dan kesehatan anggota keluarga. Kesadaran ini bukan hanya penting untuk pencegahan DBD, tetapi juga untuk menjaga kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang. Dengan kolaborasi antara masyarakat, tenaga kesehatan, dan pemerintah, cita-cita menciptakan Bandung yang lebih sehat bukanlah hal mustahil.
Dalam kesempatan ini, dr. Stephanie Yuliana Usman, SpPD, menyoroti risiko besar DBD pada pasien dengan penyakit penyerta seperti obesitas, diabetes, hipertensi, atau gangguan pernapasan. Satu kasus DBD saja dapat membawa dampak yang lebih serius jika dialami oleh pasien dengan komorbid. Di sisi lain, dr. Tony Ijong Dachlan, Sp.A, mengingatkan bahwa anak-anak adalah kelompok paling rentan terhadap infeksi dengue. Data menunjukkan sekitar 45 persen kasus kematian akibat DBD terjadi pada anak usia 5-14 tahun. Fakta bahwa seseorang bisa terinfeksi lebih dari sekali, bahkan tanpa gejala, membuat virus ini semakin berbahaya. Oleh sebab itu, pencegahan harus dimulai dari keluarga melalui gerakan 3M Plus serta mempertimbangkan vaksinasi sebagai langkah tambahan perlindungan. Dengan pemahaman ini, orangtua diharapkan semakin waspada dan proaktif melindungi buah hati mereka.
“Baca selengkapnya: Prabowo Tak Punya Alasan Beri Amnesti untuk Immanuel Ebenezer“
Kolaborasi menjadi kunci dalam memperkuat layanan kesehatan dan pencegahan penyakit. Andreas Gutknecht, Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, menyampaikan kebanggaannya dapat bermitra dengan RS Borromeus dalam mendukung pencegahan DBD. Menurutnya, edukasi, inovasi, serta kebersihan lingkungan adalah tiga langkah utama untuk melawan dengue. RS Borromeus juga menekankan bahwa keberlanjutan pelayanan kesehatan tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi membutuhkan dukungan berbagai pihak. Dengan melibatkan mitra swasta, pemerintah, serta masyarakat, pencegahan penyakit dapat berjalan lebih efektif. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa upaya kesehatan tidak berhenti pada pengobatan, melainkan mencakup gerakan besar yang dimulai dari kesadaran kolektif.
Perayaan HUT ke-104 RS Borromeus Bandung bukan hanya momen syukur atas perjalanan panjang rumah sakit ini, tetapi juga momentum penting untuk mengedukasi masyarakat tentang pencegahan penyakit. Dari ancaman DBD hingga meningkatnya penyakit tidak menular, semua menegaskan perlunya pendekatan promotif dan preventif dalam kesehatan. Dengan edukasi, kolaborasi, serta keterlibatan masyarakat, upaya menciptakan lingkungan yang lebih sehat bisa terwujud. RS Borromeus menegaskan bahwa komitmen mereka bukan hanya merawat yang sakit, tetapi juga melindungi yang sehat agar tetap sehat. Momen ini menjadi bukti bahwa menjaga kesehatan adalah tanggung jawab bersama, demi masa depan generasi yang lebih kuat dan berkualitas.