Bedak Tabur Tidak Lagi Dianjurkan untuk Bayi, Simak Alasan Medisnya
Foomer Official – Banyak orang tua terbiasa menaburkan bedak pada tubuh bayi setelah mandi karena aroma lembutnya dianggap menambah kenyamanan. Namun, praktik ini kini tidak lagi disarankan. Dokter Spesialis Anak, Dimple Nagrani, menegaskan bahwa bayi baru lahir belum memiliki bulu halus di hidung. Akibatnya, partikel bedak tabur lebih mudah terhirup dan masuk ke paru-paru. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan pernapasan yang berbahaya jika dibiarkan.
Menurut Dimple, bedak tabur sebaiknya tidak digunakan di area wajah, leher, atau dada. Ia hanya boleh diaplikasikan pada bagian tubuh yang cenderung berkeringat, itupun dengan sangat hati-hati. Rekomendasi serupa juga dikeluarkan oleh American Academy of Pediatrics (AAP), yang menegaskan bahwa bayi sebenarnya tidak memerlukan bedak. Justru, penggunaannya bisa memicu masalah kesehatan serius, baik pada kulit maupun sistem pernapasan bayi.
Baca Juga : Analisis Biaya Kepemilikan VW ID.Buzz Selama Lima Tahun
Kulit bayi yang masih sangat lembut mudah sekali mengalami iritasi. Pemakaian bedak tabur dapat memicu rasa gatal, kemerahan, hingga muncul bintik-bintik kecil. Alih-alih menjaga kulit tetap kering, bedak justru berisiko merusak lapisan pelindung alami kulit. Dengan kondisi kulit yang masih berkembang, penggunaan bedak hanya akan memperbesar peluang timbulnya masalah baru.
Selain iritasi kulit, partikel halus dari bedak tabur juga bisa menimbulkan masalah pada saluran pernapasan bayi. Jika terhirup, partikel tersebut dapat menyebabkan batuk, pilek, hingga sesak napas. Dalam beberapa kasus, bayi bisa mengalami peradangan yang membuat mereka semakin tidak nyaman. Oleh karena itu, para ahli menyarankan agar orang tua menghindari kebiasaan ini sejak dini.
Beberapa bayi juga berpotensi mengalami alergi akibat kandungan tertentu dalam bedak tabur. Reaksi alergi bisa muncul dalam bentuk ruam merah, kulit gatal, hingga kesulitan bernapas. Mengingat daya tahan tubuh bayi masih lemah, risiko ini tidak boleh diabaikan. Penggunaan produk perawatan yang lebih aman jauh lebih dianjurkan untuk menghindari potensi masalah kesehatan jangka panjang.
Selain risiko jangka pendek, penelitian menemukan bahwa bedak berbahan dasar talc yang terkontaminasi asbes bersifat karsinogenik. Paparan jangka panjang dapat meningkatkan kemungkinan berkembangnya kanker. Fakta ini membuat banyak organisasi kesehatan dunia menyerukan agar penggunaan bedak talc dihentikan, terutama untuk bayi dan anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.
Daripada menggunakan bedak tabur, orang tua bisa menjaga kenyamanan bayi dengan cara yang lebih aman. Misalnya, memilih pakaian berbahan lembut, menjaga kulit tetap kering, serta menggunakan produk perawatan bayi yang bebas dari zat berbahaya. Jika bayi sudah terlanjur menggunakan bedak dan menunjukkan gejala iritasi atau gangguan pernapasan, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter. Dengan begitu, masalah bisa ditangani sebelum menimbulkan dampak lebih serius.