
Foomer Official – 4 kesalahan yang bikin Gaya hidup kelas menengah sering dianggap sebagai simbol kestabilan finansial. Dengan penghasilan tetap dan kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, banyak orang merasa sudah berada di zona aman. Namun, di balik rasa nyaman itu, tersimpan jebakan keuangan yang kerap luput dari perhatian.
Tanpa disadari, kebiasaan kecil seperti membeli barang konsumtif atau menunda investasi bisa perlahan menggerus kekayaan yang telah dibangun. Akibatnya, seseorang bisa terjebak dalam siklus keuangan yang stagnan bahkan menuju kebangkrutan. Menurut data dari New Trade U, lebih dari 60 persen pekerja kelas menengah tidak memiliki dana darurat yang cukup untuk bertahan tiga bulan tanpa penghasilan. Angka ini menunjukkan bahwa kestabilan finansial sering kali hanya tampak di permukaan.
Salah satu kesalahan keuangan paling umum adalah lifestyle creep, yaitu peningkatan gaya hidup seiring bertambahnya pendapatan. Setelah mendapat bonus atau kenaikan gaji, banyak orang tergoda membeli mobil baru, pindah ke hunian lebih mewah, atau berlibur ke luar negeri.
Sekilas, hal itu tampak wajar sebagai bentuk penghargaan atas kerja keras. Namun, ketika pengeluaran ikut naik seiring pendapatan, kemampuan menabung justru stagnan. Tanpa sadar, seseorang hidup dari gaji ke gaji tanpa cadangan finansial.
Kebiasaan mengganti ponsel setiap tahun, mencicil barang konsumtif, atau berbelanja impulsif bisa memperlemah ketahanan ekonomi jangka panjang. Kepuasan sesaat ini kerap menutupi fakta bahwa stabilitas finansial sejati bukan diukur dari apa yang dibeli, tetapi dari apa yang disisihkan.
“Baca Juga : Transparansi di Ujung Jari: Mengintip Kinerja Belanja APBD Lewat Portal DJPK”
Kartu kredit memang menawarkan kemudahan transaksi, tapi banyak orang salah kaprah menggunakannya sebagai “penghasilan tambahan”. Pembayaran minimum yang tampak ringan justru membuat bunga terus menumpuk, menjebak pengguna dalam utang berkepanjangan.
Masalahnya bukan pada satu transaksi besar, melainkan kebiasaan berulang yang mengabaikan risiko. Ketika tagihan datang, banyak yang berpikir akan segera melunasi, namun kenyataannya pengeluaran tak pernah berhenti. Akhirnya, bunga kartu kredit bisa melampaui nilai barang yang dibeli.
Setiap kali kartu digesek, itu bukan sekadar transaksi itu keputusan keuangan yang memengaruhi masa depan. Bijaklah dalam menggunakan kartu kredit hanya untuk kebutuhan mendesak dan selalu bayar penuh setiap bulan agar terhindar dari jebakan bunga berlipat.
Minimnya pengetahuan keuangan menjadi akar dari banyak kesalahan finansial. Banyak orang tidak memahami cara kerja bunga majemuk, pentingnya diversifikasi investasi, atau bagaimana menyusun anggaran yang realistis.
Akibatnya, mereka mudah tergiur oleh investasi bodong, kredit konsumtif, atau gaya hidup yang tidak seimbang dengan penghasilan. Padahal, literasi keuangan dasar seperti mencatat pengeluaran, menghitung aset dan liabilitas, serta memahami pajak bisa menjadi tameng dari masalah ekonomi serius.
Menurut survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 49,7 persen pada 2022. Artinya, lebih dari separuh masyarakat masih rentan terhadap keputusan finansial yang salah arah. Belajar keuangan bukan hanya untuk investor ini keterampilan hidup yang wajib dimiliki siapa pun.
“Baca Juga : Krakatau Steel Perkuat Fondasi Bisnis: Transformasi yang Membawa Harapan Baru”
Banyak orang merasa tenang selama memiliki gaji bulanan. Namun, tanpa dana darurat, kestabilan itu bisa runtuh dalam sekejap ketika terjadi hal tak terduga seperti kehilangan pekerjaan atau biaya medis mendadak.
Dana darurat idealnya setara dengan 6 kali pengeluaran bulanan. Sayangnya, banyak yang belum mampu mencapainya karena menganggap tabungan darurat tidak mendesak. Padahal, tanpa perlindungan finansial ini, satu musibah bisa membuat seluruh rencana keuangan berantakan.
Mulailah dari nominal kecil, misalnya 10 persen dari penghasilan setiap bulan, dan tempatkan di rekening terpisah yang mudah diakses. Ingat, ketenangan finansial sejati berasal dari kesiapan menghadapi yang tak terduga.
Inflasi adalah musuh diam-diam bagi mereka yang hanya menabung tanpa berinvestasi. Uang yang disimpan di rekening tabungan akan terus tergerus nilainya karena kenaikan harga barang dari tahun ke tahun.
Banyak orang enggan berinvestasi karena takut rugi atau menganggapnya rumit. Padahal, investasi kini bisa dimulai dari jumlah kecil dan dengan risiko yang disesuaikan. Pilihan seperti reksa dana pasar uang atau obligasi pemerintah bisa menjadi langkah awal yang aman.
Perlu diingat, menunda investasi sama saja dengan menolak kesempatan untuk tumbuh. Dengan strategi yang tepat dan pengetahuan cukup, investasi bukan hanya soal keuntungan, tapi juga cara melindungi masa depan finansial dari ketidakpastian.
Kebangkrutan tidak selalu datang dari keputusan besar sering kali, ia dimulai dari kebiasaan kecil yang diabaikan. Empat kesalahan di atas menunjukkan bahwa mengelola keuangan bukan sekadar soal penghasilan, tetapi juga disiplin dan kesadaran diri.
Menjadi bijak finansial berarti berani menunda kesenangan, belajar memahami angka, dan menempatkan prioritas dengan benar. Dengan menghindari kesalahan-kesalahan ini, kamu tidak hanya menjaga dompet tetap aman, tetapi juga membangun pondasi finansial yang tahan badai untuk masa depan.