Foomer Official – China tiba-tiba menunjukkan perubahan signifikan terhadap industri mata uang kripto. Padahal, sebelumnya pemerintah dikenal keras dan melarang kepemilikan aset digital. Langkah ini mengejutkan banyak pihak karena Beijing biasanya sangat konservatif dalam mengatur sistem keuangan. Namun, kabar terbaru menyebutkan bahwa China mulai mempertimbangkan penerbitan stablecoin berbasis yuan sebagai strategi baru. Langkah ini menandai bahwa Beijing tidak ingin terus tertinggal dari Amerika Serikat yang sudah lebih dulu mendorong legitimasi stablecoin. Dengan kebijakan baru ini, China berusaha menyesuaikan diri dengan dinamika global yang semakin menuntut fleksibilitas. Transformasi tersebut juga membuka babak baru dalam rivalitas finansial global antara dua raksasa ekonomi dunia.
“Baca juga: KPK Tangkap Wamenaker Immanuel Ebenezer“
Stablecoin adalah aset digital yang nilainya dipatok pada mata uang fiat agar stabil dan dapat digunakan secara luas. Kini, China berencana meluncurkan stablecoin berbasis yuan sebagai langkah inovasi besar. Jika ini benar-benar diwujudkan, maka kehadiran stablecoin yuan dapat membawa dampak besar terhadap sistem keuangan internasional. Selain memperluas penggunaan yuan di pasar global, langkah ini juga berpotensi menantang dominasi dolar AS yang saat ini menduduki posisi utama. Lebih jauh lagi, penerbitan stablecoin yuan akan memperkuat strategi jangka panjang Beijing dalam internasionalisasi yuan. Jika roadmap ini disahkan, dunia akan menyaksikan transformasi kripto yang bukan hanya soal keuntungan, tetapi juga kepentingan geopolitik global.
Langkah mengejutkan dari China ini jelas merupakan respon terhadap Amerika Serikat. Sejak awal 2025, Presiden Donald Trump secara terbuka mendukung stablecoin sebagai instrumen keuangan baru. Pemerintahannya bahkan tengah membangun kerangka regulasi agar stablecoin bisa diakui secara legal. Dengan stabilitas pasar kripto yang semakin kuat, Amerika Serikat kini menjadi pelopor dalam industri ini. Menyadari potensi tersebut, China tidak mau ketinggalan. Mereka menyiapkan strategi khusus untuk menggenjot stablecoin yuan. Bagi Beijing, stablecoin bukan hanya inovasi teknologi, tetapi juga senjata dalam perebutan dominasi ekonomi global melawan Amerika Serikat.
Perubahan sikap China tidak hanya soal ekonomi, tetapi juga menyangkut geopolitik. Ketegangan yang meningkat dengan Amerika Serikat membuat Beijing perlu mencari cara baru untuk memperkuat posisinya. Saat ini, stablecoin berbasis dolar banyak digunakan eksportir China, kondisi yang justru menguntungkan AS. Dengan stablecoin yuan, Beijing berharap dapat mengurangi ketergantungan pada dolar sekaligus memperluas pengaruh globalnya. Langkah ini sejalan dengan ambisi besar China untuk menjadikan yuan sebagai mata uang internasional yang sejajar dengan dolar AS maupun euro. Dengan strategi tersebut, Beijing berusaha mendobrak dominasi lama dan membuka peluang untuk memimpin perubahan keuangan dunia.
Menurut laporan Reuters, pejabat tinggi China kini sedang menyusun roadmap stablecoin yuan. Roadmap ini rencananya akan dirilis pada akhir bulan dan membahas banyak hal penting. Mulai dari perluasan penggunaan yuan di pasar global, langkah pencegahan risiko, hingga tanggung jawab regulator domestik. Tujuannya agar penerapan stablecoin tidak mengganggu stabilitas sistem keuangan nasional. Lebih jauh lagi, roadmap ini juga akan menyinggung strategi jangka panjang untuk perdagangan lintas batas. Termasuk kemungkinan kerja sama dengan negara-negara mitra strategis. Jika roadmap ini disetujui, Beijing resmi memulai babak baru dalam sejarah keuangan digitalnya.
Jika stablecoin yuan diluncurkan, dampaknya pada pasar global akan sangat besar. Saat ini, stablecoin berbasis dolar mendominasi hingga 99 persen pangsa pasar. Namun, kehadiran stablecoin yuan akan menciptakan keseimbangan baru. Pasar stablecoin sendiri kini bernilai sekitar 247 miliar dolar AS dan diprediksi tumbuh menjadi 2 triliun dolar pada 2028. Dengan potensi sebesar itu, stablecoin yuan bisa menjadi instrumen penting dalam transaksi lintas negara. Dampaknya bukan hanya pada perdagangan, tetapi juga geopolitik global. Negara-negara kemungkinan besar akan mulai mempertimbangkan untuk tidak sepenuhnya bergantung pada dolar AS.
Masa depan stablecoin yuan akan sangat bergantung pada keberhasilan roadmap yang tengah digodok. Jika berhasil, yuan berpeluang besar menjadi mata uang digital global sejajar dengan dolar dan euro. China memiliki modal besar untuk mewujudkannya, mulai dari ekonomi kuat, surplus perdagangan besar, hingga teknologi blockchain yang terus berkembang. Namun, tantangan juga cukup besar. Kontrol modal yang ketat dan resistensi dari Barat bisa menjadi penghalang serius. Meski begitu, ambisi China mendobrak dominasi AS lewat stablecoin yuan tidak akan surut. Pada akhirnya, keputusan Beijing ini berpotensi menjadi titik balik besar dalam peta keuangan global.
“Baca selengkapnya: BCA Buka Suara soal Pembukaan Rekening di Sidang TPPU Nikita Mirzani“