Foomer Official – Transformasi besar sedang digerakkan di tubuh PT Pertamina (Persero). Kini, perusahaan pelat merah tersebut akan kembali berfokus sepenuhnya pada bisnis energi, terutama minyak dan gas bumi (migas). Langkah strategis ini diungkapkan oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) sebagai bentuk restrukturisasi menyeluruh terhadap arah bisnis BUMN. Tujuannya jelas, yaitu menciptakan perusahaan negara yang lebih efisien, fokus, dan mampu bersaing di tengah tantangan global yang semakin kompleks.
“Baca juga: Menkeu Purbaya Larang Himbara Gunakan Dana Pemerintah Rp 200 Triliun untuk Beli Dolar AS“
Menurut Chief Operating Officer BPI Danantara, Dony Oskaria, keputusan ini merupakan bagian dari upaya memperkuat posisi Pertamina sebagai tulang punggung energi Indonesia. Ia menegaskan bahwa Pertamina ke depan akan sepenuhnya fokus pada sektor oil and gas. “Kalau Pertamina nanti akan fokus kepada oil and gas, karena yang di luar itu akan dikeluarkan,” ujarnya. Dengan begitu, bisnis-bisnis non-energi akan dialihkan agar tidak mengganggu konsentrasi perusahaan dalam mengembangkan eksplorasi dan distribusi migas di Tanah Air.
Selain itu, Dony juga menjelaskan bahwa BPI Danantara tengah menyusun strategi restrukturisasi besar-besaran yang bertujuan meningkatkan efisiensi antar BUMN. Selama ini, banyak perusahaan pelat merah memiliki lini bisnis yang tumpang tindih. Melalui penggabungan dan pemisahan usaha berdasarkan sektor, diharapkan setiap BUMN memiliki fokus yang lebih tajam. Dengan langkah ini, pemerintah berupaya memastikan bahwa setiap entitas tidak hanya bertahan, tetapi juga tumbuh dengan daya saing yang lebih kuat di pasar domestik maupun internasional.
Salah satu langkah konkret dalam restrukturisasi tersebut adalah penggabungan Pelita Air dengan Garuda Indonesia (GIAA). Dony menegaskan bahwa meskipun kinerja keuangan Garuda masih belum stabil, proses integrasi ini akan dilakukan secara hati-hati. “Sebetulnya menjadi concern, bahwa kemudian kita pastikan proses ini nanti untuk tidak mengganggu kinerja daripada Pelita,” ujarnya. Pelita Air saat ini tengah menunjukkan tren positif, baik dari sisi operasional maupun profitabilitas. Oleh karena itu, BPI Danantara memastikan bahwa sinergi ini akan dilakukan dengan pendekatan strategis agar Pelita tidak terseret dalam beban masa lalu Garuda.
Dari perspektif bisnis, langkah ini menarik untuk dianalisis. Indonesia memiliki potensi besar di sektor penerbangan dengan pertumbuhan penumpang domestik yang terus meningkat. Dengan menggabungkan dua entitas pelat merah di sektor ini, pemerintah berpeluang menciptakan ekosistem aviasi yang lebih efisien dan kompetitif. Pelita Air bisa menjadi “penyelamat citra” Garuda dengan membawa standar layanan baru yang lebih muda dan modern. Sementara Garuda, dengan pengalaman panjangnya, bisa memperkuat jaringan rute internasional. Jika dikelola dengan baik, kolaborasi ini dapat mengembalikan dominasi BUMN di industri penerbangan yang kini dikuasai oleh maskapai swasta.
Tak hanya sektor penerbangan, BPI Danantara juga mengungkapkan rencana pengalihan bisnis hotel Pertamina ke bawah naungan Hotel Indonesia Natour (HIN) yang menjadi bagian dari holding pariwisata InJourney. “Hotelnya sudah akan nanti diberikan kepada Hotel Indonesia Natour,” kata Dony. Langkah ini dinilai logis, mengingat InJourney memiliki fokus kuat dalam pengembangan destinasi wisata dan pengelolaan properti hospitality. Dengan integrasi tersebut, jaringan hotel eks-Pertamina dapat berkembang lebih pesat, memanfaatkan sumber daya dan keahlian InJourney yang sudah terbukti sukses mengelola hotel bersejarah di Indonesia.
Selain itu, bisnis rumah sakit milik Pertamina juga akan dilepaskan dan disinergikan dengan BUMN lain yang bergerak di sektor kesehatan. “Rumah sakitnya akan keluar. Sehingga nanti perusahaan kita itu fokus kepada core bisnisnya,” ujar Dony. Selama ini, rumah sakit Pertamina dikenal memiliki standar layanan tinggi dan menjadi salah satu aset penting di dunia kesehatan Indonesia. Namun, dalam skema baru BPI Danantara, aset-aset tersebut akan digabungkan ke holding kesehatan agar tercipta efisiensi dan kesinambungan layanan nasional yang lebih baik.
“Baca juga: Aroma Harapan di Tengah Malam: Cerita dari Dapur SPPG Lanud Suryadarma, Subang“
Secara ekonomi, kebijakan BPI Danantara ini dapat menjadi titik balik bagi transformasi BUMN Indonesia. Dengan menempatkan setiap perusahaan negara sesuai keahliannya, potensi kebocoran anggaran dan duplikasi investasi dapat ditekan. Di sisi lain, langkah ini juga berpotensi meningkatkan valuasi perusahaan-perusahaan pelat merah karena fokus bisnis yang lebih jelas dan kuat. Pertamina, misalnya, akan memiliki ruang lebih besar untuk berinvestasi di eksplorasi migas dan energi baru terbarukan (EBT), tanpa terbebani bisnis non-inti.
Sebagai pengamat kebijakan publik, saya melihat langkah BPI Danantara ini sebagai strategi realistis di tengah dinamika ekonomi global dan transisi energi yang sedang berlangsung. Dunia sedang bergerak menuju dekarbonisasi, namun migas tetap menjadi fondasi utama energi nasional. Dengan fokus pada core business, Pertamina bisa memperkuat ketahanan energi jangka pendek sembari menyiapkan fondasi menuju energi hijau. Namun, tantangannya ada pada implementasi: restrukturisasi besar sering kali berisiko terhadap stabilitas keuangan dan manajemen. Karena itu, sinergi antarlembaga harus dilakukan secara hati-hati, transparan, dan berbasis data agar tidak mengulangi kegagalan konsolidasi BUMN di masa lalu.
Keputusan BPI Danantara untuk mengarahkan Pertamina kembali ke fokus energi adalah sinyal kuat bahwa pemerintah ingin menata ulang ekosistem BUMN agar lebih efektif dan efisien. Dengan menggabungkan unit-unit bisnis non-migas ke entitas yang lebih relevan seperti Garuda, InJourney, dan holding kesehatan, struktur BUMN Indonesia akan menjadi lebih ramping dan terintegrasi. Langkah ini tidak hanya mengembalikan marwah Pertamina sebagai raksasa energi nasional, tetapi juga menegaskan komitmen BPI Danantara dalam menciptakan tata kelola investasi negara yang modern, profesional, dan berkelanjutan.