Bank & Pengusaha Was-was Produk China Banjiri RI Usai Tarif AS Berlaku
Foomer Official – Pemberlakuan tarif impor oleh Amerika Serikat terhadap sejumlah produk asal China diprediksi akan berdampak signifikan pada pasar Indonesia. Kebijakan ini menurunkan daya saing produk China di Negeri Paman Sam, sehingga mendorong Beijing untuk mencari pasar alternatif yang lebih terbuka. Indonesia pun dipandang sebagai target utama yang potensial.
Head of Corporate Banking UOB, Edwin Kadir, menyatakan bahwa Indonesia menjadi sasaran karena dianggap sebagai pasar massal yang menjanjikan. Dalam acara UOB Media Editor Circle, Selasa (22/7), Edwin menegaskan bahwa produk China kemungkinan besar akan membanjiri pasar lokal sebagai imbas dari tarif baru tersebut.
Pemerintah Amerika Serikat kini menerapkan tarif impor sebesar 30 persen terhadap sejumlah produk dari China. Meski tarif ini lebih rendah dibandingkan level sebelumnya yang sempat mencapai 145 persen, efeknya tetap besar bagi rantai distribusi global.
Baca Juga : BI Ungkap Kredit UMKM Belum Pulih, Cuma Tumbuh 2,18 Persen per Juni
Edwin mendukung langkah-langkah strategis pemerintah Indonesia untuk meningkatkan iklim investasi dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Menurutnya, Indonesia perlu meningkatkan daya saing dalam negeri untuk menghadapi masuknya produk impor dalam jumlah besar.
Ia juga menyebutkan bahwa banyak perusahaan asal China kini mempertimbangkan untuk mendirikan pabrik di Indonesia. Tujuannya adalah mengurangi biaya transportasi dan meningkatkan efisiensi produksi.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kebijakan Makro-Mikro, Aviliani, juga memperingatkan pemerintah agar tidak mengabaikan dampak lanjutan dari kebijakan dagang negara lain. Ia menyatakan bahwa ketika AS menerapkan tarif tinggi terhadap China, maka arus barang dari China akan dialihkan ke pasar lain seperti Indonesia.
“Tarif tinggi akan mendorong China menjadikan Indonesia sebagai pasar pelampiasan. Pemerintah harus sigap mengantisipasi hal ini,” ujarnya.
Dari sisi pemerintah, Sekretaris Kemenko Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, menjelaskan bahwa pemberlakuan tarif impor timbal balik antara Indonesia dan Amerika akan dimulai pada awal Agustus. Kebijakan ini lahir dari proses negosiasi intensif antara kedua negara.
Menurut Susiwijono, minggu ini masih berlangsung diskusi lanjutan sebelum diterbitkannya joint statement resmi. Ia menyebut bahwa tarif baru akan diberlakukan dengan skema MFN plus baseline sebesar 10 persen.
Para pelaku usaha dan ekonom sepakat bahwa pemerintah harus segera menyusun strategi untuk menjaga stabilitas industri lokal. Termasuk dalam hal ini adalah pengawasan ketat terhadap produk impor, penyesuaian kebijakan industri, serta insentif bagi pelaku usaha domestik.
Jika tidak diantisipasi, banjir produk China bisa memukul sektor manufaktur dan UMKM lokal. Karenanya, kolaborasi antara dunia usaha dan regulator mutlak diperlukan untuk melindungi kepentingan nasional.