Foomer Official – Elon Musk, pengusaha teknologi terkemuka yang kini bergabung dalam kabinet Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump sebagai Kepala Departemen Efisiensi Pemerintah, menghadapi tekanan serius dari sejumlah bank besar. Para kreditor mendesak Musk untuk segera melunasi utang senilai US$13 miliar atau sekitar Rp206 triliun yang berasal dari akuisisi Twitter pada tahun 2022, kini dikenal sebagai X.
Pada 2022, Elon Musk membeli Twitter dengan nilai transaksi fantastis sebesar US$44 miliar. Untuk mendanai akuisisi tersebut, Musk memperoleh pinjaman besar dari konsorsium perbankan yang dipimpin oleh Morgan Stanley, Bank of America, dan Barclays. Sebagai jaminan, pinjaman ini menggunakan aset Twitter, yang kemudian berubah nama menjadi X, dan suku bunga ditetapkan berdasarkan London Interbank Offered Rate (LIBOR) ditambah margin tertentu.
Sejak akuisisi, X menghadapi berbagai tantangan besar, termasuk menurunnya pendapatan dari iklan. Berbagai kebijakan kontroversial Musk, seperti mengubah kebijakan moderasi konten dan memulihkan akun-akun yang sebelumnya diblokir, membuat banyak pengiklan menarik diri. Penurunan pendapatan ini berdampak langsung pada kemampuan X untuk membayar bunga dari pinjaman besar tersebut. Utang ini pun menjadi beban finansial signifikan, mengingat bunga yang harus dibayarkan setiap tahunnya mencapai miliaran dolar.
“Baca Juga: Cara Ciptakan Ruang Kerja WFH di Rumah Agar Tetap Produktif dan Bebas Stres”
Keputusan Elon Musk untuk bergabung dalam pemerintahan Trump menambah kekhawatiran para kreditor. Mereka mempertanyakan kemampuan Musk untuk fokus menangani kewajiban finansial perusahaan-perusahaannya, terutama X, di tengah tanggung jawab barunya sebagai pejabat pemerintahan. Bank-bank tersebut kini menekan Musk untuk segera melunasi utang atau setidaknya mengurangi jumlahnya secara signifikan.
Menurut laporan dari CNN Indonesia, konsorsium bank telah menawarkan beberapa opsi kepada Musk, termasuk restrukturisasi utang dengan insentif berupa diskon jika Musk bersedia melunasi lebih awal. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi risiko kredit yang dihadapi bank akibat kesulitan keuangan X.
Hingga kini, Musk belum memberikan pernyataan resmi terkait desakan tersebut. Namun, sumber internal yang dekat dengan Musk menyebutkan bahwa ia sedang mempertimbangkan berbagai opsi untuk menangani masalah ini. Salah satu langkah yang mungkin diambil adalah menjual sebagian sahamnya di perusahaan seperti Tesla atau SpaceX. Langkah ini dianggap sebagai cara tercepat untuk mengumpulkan dana yang cukup guna melunasi utang tersebut.
Namun, menjual saham di Tesla atau SpaceX bukan tanpa risiko. Musk, yang dikenal sebagai sosok yang sangat terlibat dalam operasional perusahaannya. Kemungkinan akan menghadapi kekhawatiran dari investor yang khawatir akan pengaruh penjualan saham terhadap nilai perusahaan. Penjualan ini juga dapat memengaruhi stabilitas harga saham Tesla, yang selama ini menjadi salah satu sumber kekayaan utama Musk.
“Simak Juga: Prabowo dan PM Selandia Baru Sepakat Perkuat Kerja Sama Bilateral”
Berita tentang tekanan perbankan kepada Musk telah memengaruhi pasar keuangan. Saham Tesla dilaporkan turun sekitar 3% dalam perdagangan terakhir. Selain itu, SpaceX, meskipun tidak diperdagangkan secara publik, juga dilaporkan mengalami penurunan valuasi di pasar privat. Investor tampaknya khawatir bahwa perhatian Musk yang terpecah antara tanggung jawab pemerintahan dan bisnis dapat berdampak buruk pada kinerja perusahaan-perusahaan yang dipimpinnya.
Para analis keuangan menilai bahwa tekanan dari pihak perbankan ini adalah langkah wajar, mengingat risiko besar yang dihadapi para kreditor. James Anderson, analis senior dari Global Financial Insights, mengatakan, “Bank memiliki kepentingan untuk memastikan bahwa pinjaman yang mereka berikan dapat dilunasi tepat waktu. Dengan Musk kini memiliki tanggung jawab di pemerintahan, ada kekhawatiran bahwa fokusnya terhadap bisnis akan berkurang, yang dapat meningkatkan risiko kredit.”
Sementara itu, pengamat politik juga melihat bahwa situasi ini dapat memengaruhi reputasi Musk sebagai seorang pemimpin di dunia bisnis dan pemerintahan. Kemampuan Musk untuk menangani tekanan ini akan menjadi ujian besar bagi kredibilitasnya, baik di sektor swasta maupun di panggung politik.