Foomer Official – Fenomena keuangan baru yang dikenal dengan istilah doom spending semakin menjadi perhatian, terutama di kalangan generasi muda, seperti Gen Z. Istilah doom spending merujuk pada kebiasaan belanja impulsif yang dilakukan sebagai pelarian dari perasaan stres, cemas, atau bahkan putus asa akan masa depan. Akibatnya, banyak generasi muda yang mengalami kesulitan menabung dan mengelola keuangan dengan bijak.
Secara harfiah, doom spending berarti “belanja karena rasa takut atau kehancuran.” Fenomena ini biasanya muncul ketika seseorang merasa tidak memiliki kontrol atas situasi tertentu, baik itu masalah ekonomi, perubahan iklim, atau bahkan ketidakpastian politik. Alih-alih menyimpan uang untuk masa depan, mereka memilih untuk membelanjakannya pada hal-hal yang memberikan kebahagiaan instan, seperti barang fesyen, makanan mahal, atau pengalaman mewah.
Menurut survei terbaru dari sebuah lembaga riset keuangan, lebih dari 60% Gen Z di Indonesia mengaku sering melakukan pembelian impulsif yang tidak direncanakan. Mereka merasa bahwa belanja memberikan kepuasan sementara yang dapat meredakan stres. Namun, pola ini justru menciptakan lingkaran setan yang membuat mereka semakin sulit menabung.
“Baca Juga: Kripto Dibawah Kendali Pengawasan OJK Mulai 12 Januari 2025”
Kebiasaan doom spending memiliki dampak jangka panjang yang serius. Tidak hanya menyulitkan Gen Z dalam menabung, tetapi juga berisiko membuat mereka terlilit utang. Menurut sebuah laporan keuangan, 45% Gen Z di Indonesia memiliki utang konsumtif yang terus bertambah akibat gaya hidup boros.
Selain itu, doom spending dapat memengaruhi kesehatan mental. Meskipun belanja memberikan kebahagiaan sementara, perasaan menyesal setelah membeli barang yang tidak diperlukan dapat memicu stres tambahan.
“Simak Juga: AI Bantu Pertumbuhan Ekonomi Dapat Capai Target 8%”
Untuk menghindari jebakan doom spending, ada beberapa langkah yang bisa diambil:
Pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi keuangan memiliki peran penting dalam mengatasi fenomena ini. Edukasi keuangan sejak dini dapat membantu Gen Z memahami pentingnya menabung dan berinvestasi. Kampanye literasi keuangan yang menarik, seperti melalui TikTok atau Instagram, juga dapat menjadi cara efektif untuk menjangkau generasi muda.
Sudah saatnya generasi muda mulai bijak dalam mengelola keuangan dan memprioritaskan kebutuhan jangka panjang daripada kepuasan sesaat. Karena menabung bukan hanya soal uang, tetapi juga soal masa depan.