Said Iqbal Angkat Bicara Soal Viral Isu PHK Ribuan Buruh Gudang Garam
Foomer Official – Isu PHK massal di PT Gudang Garam Tbk membuat publik heboh. Video perpisahan buruh yang beredar di media sosial menambah kecemasan. Namun, Presiden KSPI, Said Iqbal, menegaskan kabar itu masih dicek. Meski begitu, ia mengingatkan ada faktor ekonomi yang bisa menjelaskan jika benar terjadi. Karena itu, masyarakat diminta tetap tenang dan menunggu penjelasan resmi.
Video perpisahan yang memperlihatkan pekerja berpelukan menyebar dengan cepat. Banyak orang menafsirkannya sebagai tanda adanya PHK massal. Namun, potongan video seperti ini sering kali tidak jelas konteksnya. Tidak ada informasi pasti soal lokasi, waktu, maupun status pekerja. Oleh sebab itu, publik perlu berhati-hati sebelum percaya sepenuhnya.
Video tersebut menyentuh emosi penonton. Buruh yang saling menangis dianggap sebagai bukti nyata PHK. Selain itu, narasi yang menyertainya membuat isu ini semakin besar. Pada akhirnya, situasi ini menciptakan keresahan di kalangan masyarakat luas.
Baca Juga : Ekspor Perdana Mobil Listrik e Vitara
Said Iqbal adalah Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia. KSPI sering muncul sebagai pembela hak buruh. Karena itu, pernyataannya selalu dinanti setiap kali ada isu besar. Di sisi lain, KSPI juga dikenal aktif melakukan advokasi dan menekan pemerintah agar turun tangan.
Dalam tanggapannya, Said Iqbal menyebut pihaknya masih memverifikasi kabar tersebut. Meski begitu, ia langsung menyinggung faktor yang bisa memicu PHK. Menurutnya, daya beli masyarakat yang rendah, pasokan tembakau terbatas, kenaikan cukai, serta kurangnya inovasi adalah alasan yang masuk akal. Dengan demikian, KSPI tidak hanya pasif, tetapi juga mengingatkan potensi bahaya yang lebih besar.
Said Iqbal menjelaskan bahwa konsumsi rokok ikut terdampak pelemahan ekonomi. Banyak konsumen mengurangi jumlah pembelian. Bahkan, sebagian beralih ke merek yang lebih murah. Akibatnya, permintaan terhadap produk menurun dan berimbas pada produksi.
Industri rokok sangat bergantung pada bahan baku. Ketika pasokan tembakau terganggu, produksi ikut tersendat. Selain itu, masalah cuaca dan distribusi juga sering memengaruhi ketersediaan. Sehingga, perusahaan kesulitan memenuhi target.
Cukai rokok yang terus naik membuat biaya produksi semakin besar. Karena itu, harga jual produk di pasaran ikut naik. Kondisi ini membuat konsumen berpikir dua kali sebelum membeli. Pada akhirnya, penjualan pun ikut melemah.
Di era sekarang, konsumen ingin sesuatu yang baru. Namun, jika perusahaan tidak berinovasi, maka produk lama cepat ditinggalkan. Itulah sebabnya, Said Iqbal menilai kurangnya inovasi menjadi salah satu penyebab daya saing menurun. Dengan kata lain, perusahaan harus beradaptasi dengan tren generasi baru.
Di tengah ramai isu, pihak pabrik di Tuban menegaskan tidak ada PHK massal. Mereka menyebut, kegiatan masih berjalan normal. Oleh sebab itu, masyarakat diminta tidak langsung percaya pada video viral. Pada akhirnya, klarifikasi ini membuat situasi sedikit lebih tenang.
Isu PHK bukan hanya soal buruh pabrik. Jika ribuan orang benar kehilangan pekerjaan, dampaknya bisa menyebar. Misalnya, petani tembakau, pedagang kecil, hingga supir logistik ikut terdampak. Karena itu, isu ini disebut sebagai masalah bersama, bukan hanya satu perusahaan.
Bila pendapatan buruh hilang, konsumsi masyarakat ikut turun. Selain itu, UMKM sekitar pabrik juga berpotensi kehilangan pelanggan. Sehingga, ekonomi daerah bisa melambat secara signifikan. Singkatnya, efek domino ini sangat luas.
Industri rokok memang sedang berada di bawah tekanan. Aturan pemerintah semakin ketat, sementara persaingan antar merek semakin sengit. Selain itu, tren konsumsi generasi muda berubah. Karena itu, laba perusahaan rokok cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir.
Said Iqbal juga menyinggung kasus Sritex sebagai peringatan. Saat itu, buruh kehilangan pekerjaan tanpa kepastian hak mereka. Akibatnya, muncul gejolak sosial. Oleh karena itu, ia meminta agar kasus Gudang Garam jangan sampai berulang. Yang jelas, hak buruh harus tetap dijaga.
Said Iqbal menegaskan pemerintah harus turun tangan. Bentuknya bisa berupa mediasi, bantuan sosial, atau program padat karya. Selain itu, program pelatihan ulang perlu disiapkan agar buruh bisa mencari pekerjaan baru. Dengan begitu, dampak sosial bisa ditekan.
Jika benar terdampak, pekerja perlu menyiapkan dokumen kerja. Misalnya, kontrak, slip gaji, dan kartu BPJS. Selain itu, mereka sebaiknya melapor ke serikat atau Disnaker. Dengan cara ini, hak buruh lebih mudah diperjuangkan.
Perusahaan disarankan mencoba opsi selain PHK, seperti mengurangi lembur atau rotasi karyawan. Namun, jika PHK tidak bisa dihindari, maka prosesnya harus sesuai aturan. Karena itu, dialog tripartit dengan serikat dan pemerintah sangat penting. Sehingga, hubungan industrial tetap terjaga.
Masyarakat juga punya peran penting. Jangan mudah percaya pada potongan video tanpa konteks. Selain itu, cek ulang informasi sebelum menyebarkannya. Dengan demikian, hoaks bisa dicegah sejak awal. Pada akhirnya, informasi yang sehat akan menguntungkan semua pihak.
Ada tiga skenario yang mungkin terjadi. Pertama, jika tidak ada PHK, maka isu ini selesai di tahap klarifikasi. Kedua, jika ada PHK terbatas, pemerintah harus cepat memberi solusi. Ketiga, jika PHK massal benar terjadi, maka dampaknya akan sangat luas. Karena itu, semua pihak diminta bersiap sejak dini.