Foomer Official – Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyampaikan optimisme terhadap pengaruh kesepakatan dagang terbaru antara Amerika Serikat dan China. Menurut Kemenkeu, kesepakatan tersebut akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia. Dalam keterangan resmi, pemerintah menyatakan bahwa stabilisasi hubungan dua kekuatan ekonomi dunia ini dapat mendorong iklim perdagangan yang lebih sehat. Selain itu, pemulihan rantai pasok global menjadi salah satu harapan besar dari kerja sama tersebut.
Salah satu sektor yang akan merasakan dampak langsung adalah ekspor Indonesia. Komoditas seperti karet, minyak sawit, dan logam diprediksi akan kembali diminati. Kemenkeu menjelaskan bahwa dengan mencairnya tensi dagang, permintaan terhadap barang-barang ekspor RI akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh perbaikan rantai distribusi global yang sempat terganggu. Selain itu, penguatan mata uang global akan membantu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekspor nonmigas mencapai angka yang lebih baik tahun ini.
“Baca Juga : Salma di Luka Cinta SCTV: Dinda Kirana Ungkap Kompleksitas Perannya”
Kesepakatan antara dua negara raksasa ini juga berdampak pada kestabilan harga komoditas dan energi. Harga batu bara, minyak mentah, dan gas alam diperkirakan akan lebih stabil. Kemenkeu menyebut bahwa kestabilan ini membantu menjaga penerimaan negara dari sektor pajak dan royalti. Terutama karena Indonesia adalah eksportir utama beberapa komoditas tersebut. Selain itu, kestabilan harga bahan baku akan mendorong iklim usaha yang lebih kompetitif di dalam negeri.
Kemenkeu optimis bahwa kesepakatan tersebut akan memperbaiki sentimen investor global terhadap negara berkembang, termasuk Indonesia. Investor institusional disebut cenderung kembali masuk ke pasar negara berkembang ketika tensi global menurun. Hal ini berpotensi mendongkrak indeks saham dan menarik arus modal asing. Pemerintah juga menyiapkan kebijakan agar modal tersebut masuk ke sektor produktif. Misalnya pada infrastruktur, energi baru terbarukan, dan sektor manufaktur bernilai tambah tinggi.
“Simak juga: Wakil Ketua MPR Tegaskan Alih Impor BBM Harus Didukung dengan EBT”
Meski menyambut baik kesepakatan itu, Kemenkeu juga tetap waspada. Pemerintah menekankan pentingnya diversifikasi mitra dagang. Indonesia diimbau tidak terlalu bergantung pada satu atau dua negara dalam urusan ekspor. Sebagai langkah mitigasi, Kemenkeu akan memperkuat kerja sama dagang dengan negara-negara Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah. Diversifikasi ini dianggap penting agar ekonomi nasional tetap tangguh menghadapi dinamika global. Pemerintah juga akan mempercepat proses perjanjian perdagangan bilateral dan multilateral.
Melihat peluang dari kesepakatan ini, Kemenkeu bersama kementerian lain telah menyiapkan beberapa langkah strategis. Di antaranya adalah percepatan layanan ekspor, penyederhanaan perizinan impor bahan baku, dan relaksasi kebijakan fiskal bagi industri terdampak. Pemerintah juga akan memperkuat diplomasi ekonomi untuk menjaga hubungan baik dengan negara mitra. Semua langkah ini bertujuan agar Indonesia tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga pelaku aktif dalam perubahan peta dagang global.