Foomer Official – Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) memberikan perhatian serius pada Tanjung Priok. Pelabuhan tersibuk di Indonesia ini sering kali mengalami kepadatan. Kondisi tersebut berdampak buruk pada waktu bongkar muat. Bahkan bisa mengganggu alur distribusi nasional. Untuk itu, ALFI menawarkan beberapa alternatif solusi. Alternatif ini diharapkan dapat mengurai kemacetan di pelabuhan. Dan memperlancar arus logistik nasional yang sangat vital. Artikel ini akan membahas berbagai solusi dari ALFI. Serta bagaimana implementasinya bisa membawa perubahan nyata. Khususnya dalam dunia logistik dan perdagangan nasional.
ALFI menilai digitalisasi adalah kunci utama. Dalam mengurangi kepadatan di Tanjung Priok. Salah satu solusi yang diusulkan adalah optimalisasi Inaportnet. Sistem ini memungkinkan seluruh proses administrasi pelabuhan dilakukan online. Sehingga mengurangi antrean fisik dan mempercepat layanan. Selain itu, penggunaan Electronic Delivery Order (e-DO) harus diperluas. Agar pengambilan barang bisa dilakukan lebih cepat. Dengan sistem digital yang terintegrasi. Proses dokumentasi, pembayaran, dan pengambilan barang. Bisa berlangsung lebih transparan dan efisien. Hal ini akan memangkas waktu tunggu yang selama ini menjadi masalah besar.
“Baca Juga : Pelanggaran Privasi di Facebook: Meta Didenda Rp 4,2 Triliun”
Selain digitalisasi, ALFI juga mengusulkan pengaturan jadwal yang lebih ketat. Jadwal bongkar muat kapal harus lebih terorganisasi. Sehingga tidak ada kapal yang menumpuk di dermaga. Penerapan slot time seperti di bandara udara bisa menjadi solusi. Setiap kapal harus memiliki jadwal masuk dan bongkar yang pasti. Dengan disiplin jadwal, operator pelabuhan bisa lebih siap. Menyediakan alat berat dan tenaga kerja sesuai kebutuhan. Ini akan mempercepat proses bongkar muat. Serta mengurangi antrean kapal yang menunggu giliran. Dampaknya, produktivitas pelabuhan bisa meningkat signifikan.
ALFI juga mendorong pengembangan area penyangga atau buffer zone. Area ini berfungsi menampung kontainer sebelum masuk ke pelabuhan. Dengan demikian, tidak semua truk harus langsung menuju dermaga. Ini akan mengurangi kemacetan di jalan akses utama. Pemerintah daerah di sekitar Tanjung Priok. Diminta menyediakan lahan khusus untuk buffer zone ini. Selain itu, perlu ada fasilitas pendukung seperti sistem manajemen antrian. Serta layanan administrasi ekspor-impor yang cepat. Dengan konsep ini, alur masuk kontainer ke pelabuhan menjadi lebih terkontrol. Dan beban pelabuhan bisa ditekan secara signifikan.
“Simak juga: Mahathir Mohamad Buka Rahasia Umur Panjangnya”
Solusi lain yang ditawarkan ALFI adalah mendiversifikasi pelabuhan. Artinya, tidak semua kargo harus melalui Tanjung Priok. Pengiriman barang bisa diarahkan ke pelabuhan lain seperti Tanjung Perak, Patimban, atau Cikarang Dry Port. Diversifikasi ini akan mengurangi tekanan di satu titik. Dan membuat distribusi barang lebih merata di berbagai wilayah. ALFI juga mengusulkan insentif bagi pengusaha. Yang bersedia menggunakan pelabuhan alternatif tersebut. Insentif bisa berupa pengurangan biaya logistik atau kemudahan perizinan. Dengan langkah ini, Tanjung Priok tidak perlu menanggung beban berlebihan.
ALFI menekankan pentingnya kolaborasi. Pemerintah, operator pelabuhan, dan pelaku usaha harus bekerja sama erat. Untuk mengimplementasikan solusi mengatasi kepadatan. Pemerintah harus menyediakan regulasi yang mendukung efisiensi. Operator pelabuhan harus meningkatkan kapasitas layanan. Sedangkan pelaku usaha harus beradaptasi dengan sistem baru. Tanpa kolaborasi, perubahan akan sulit terjadi. ALFI siap menjadi jembatan komunikasi. Antara seluruh pihak terkait dalam proses perbaikan ini. Karena hanya dengan kerja sama penuh. Maka masalah klasik di Tanjung Priok bisa diselesaikan secara berkelanjutan. Dan Indonesia bisa meningkatkan daya saing logistiknya di dunia internasional.