Foomer Official – Banyak orang merasa sudah menjaga pola hidup sehat, namun sejumlah kebiasaan yang terlihat aman justru dapat memberi beban besar pada ginjal. Organ kecil yang bekerja tanpa henti ini memiliki peran penting menyaring racun dari darah. Karena itu, pilihan gaya hidup yang tampak “sehat” sekalipun bisa menimbulkan masalah bila dilakukan berlebihan. Dalam beberapa kasus, kebiasaan yang salah dapat memperparah kondisi ginjal, terutama pada mereka yang sebelumnya memiliki gangguan fungsi ginjal. Melalui edukasi para dokter, kini masyarakat diingatkan untuk lebih peka terhadap aktivitas harian yang diam-diam membebani organ vital tersebut. Kesadaran ini penting, sebab kesehatan ginjal sering diabaikan hingga muncul gejala yang baru terasa saat kondisinya memburuk.
Konsumsi Protein Berlebih Membuat Ginjal Bekerja Ekstra
Protein memang penting untuk membangun otot dan menjaga energi, namun konsumsi berlebih justru bisa menjadi bumerang. Banyak orang menganggap porsi protein dua kali lipat akan mempercepat perkembangan otot, padahal ginjal harus bekerja keras menyaring sisa metabolisme dari jumlah protein yang besar. Dokter David Shusterman menegaskan bahwa pola makan tinggi protein dapat meningkatkan risiko timbulnya penyakit ginjal kronis karena ginjal dipaksa menyaring produk sampingan dalam jumlah yang tidak wajar. Selain itu, jenis protein juga berpengaruh. Protein hewani cenderung lebih berat diproses oleh ginjal, terutama bagi yang memiliki gangguan ginjal ringan. Oleh sebab itu, keseimbangan menjadi kunci. Mengombinasikan protein hewani dengan sumber nabati seperti kacang-kacangan dan kedelai membantu meringankan beban filtrasi ginjal.
“Baca Juga : Diet Sehat Tanpa Smartphone: Fokus Pola Makan yang Lebih Sadar dan Tenang“
Suplemen Tertentu Bisa Memicu Penumpukan Zat Berbahaya
Di era ketika suplemen tersedia untuk hampir semua kebutuhan, banyak orang menganggap konsumsi tambahan vitamin adalah langkah aman. Namun, sejumlah suplemen justru bisa menimbulkan masalah pada ginjal, terutama bila dikonsumsi tanpa anjuran dokter. Beberapa suplemen dalam dosis tinggi, seperti vitamin D, dapat berinteraksi dengan obat pengikat fosfat dan memicu peningkatan kadar aluminium yang berbahaya bagi penderita gangguan ginjal. Selain itu, suplemen atau obat herbal yang mengandung kalium berisiko menyebabkan penumpukan kalium dalam darah. Kondisi ini dapat mengganggu detak jantung dan memperparah fungsi ginjal. Karena itu, kehati-hatian sangat dibutuhkan sebelum mengonsumsi suplemen apa pun. Konsultasi medis tetap menjadi langkah terbaik, terlebih bagi mereka yang memiliki riwayat penyakit ginjal atau sedang menjalani pengobatan tertentu.
Teh Detoks Mengganggu Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Tren minum teh detoks seolah menjadi pilihan cepat untuk membersihkan tubuh. Namun, para ahli menegaskan bahwa manfaat detoks tidak didukung bukti ilmiah yang kuat. Bahkan, kandungan diuretik dalam teh detoks dapat memicu peningkatan produksi urin secara berlebihan. Akibatnya, tubuh mudah kehilangan cairan dan mengalami ketidakseimbangan elektrolit, yang pada akhirnya membebani ginjal. Selain itu, beberapa bahan herbal seperti daun senna, licorice root, atau St. John’s wort yang sering ditemukan dalam teh detoks dapat menimbulkan efek samping pada ginjal. Dokter Shusterman mengingatkan bahwa tubuh sudah memiliki sistem detoks alami yang sangat efektif, yaitu ginjal itu sendiri. Alih-alih mengandalkan produk detoks, ia menyarankan masyarakat fokus pada hidrasi cukup, konsumsi makanan utuh, dan asupan serat yang mendukung fungsi ginjal secara alami.
“Baca Juga : Diet Slow Carb: Filosofi vs Praktik“
Terlalu Banyak Minum Air Juga Tidak Selalu Baik
Meski hidrasi penting untuk kesehatan, minum air berlebihan dalam waktu singkat dapat memicu masalah serius. Ginjal hanya mampu mengolah sekitar satu liter air per jam. Bila seseorang minum melebihi batas tersebut, kadar natrium dalam darah dapat turun drastis, sehingga menyebabkan kondisi bernama hiponatremia. Ketika natrium terlalu rendah, keseimbangan cairan tubuh terganggu dan sel-sel dapat membengkak. Kondisi ini dapat memengaruhi organ vital, termasuk otak. Walaupun kasus ekstrem jarang terjadi, para ahli menekankan agar masyarakat tidak memaksakan minum air dalam jumlah besar tanpa alasan jelas. Minumlah sesuai rasa haus dan pastikan warna urine tetap kuning pucat sebagai tanda hidrasi yang optimal. Pendekatan ini lebih aman dan tetap membantu menjaga kinerja ginjal secara alami.
Mengonsumsi NSAID Bisa Menurunkan Fungsi Ginjal
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen atau aspirin sering digunakan untuk meredakan nyeri ringan. Namun, penggunaan yang terlalu sering dapat mengganggu aliran darah ke ginjal dan menurunkan kemampuan filtrasi. Ahli nyeri, Thomas Pontinen, menjelaskan bahwa konsumsi rutin NSAID bahkan dalam dosis rendah dapat memicu penurunan fungsi ginjal, terutama bila seseorang mengalami dehidrasi atau tekanan darah tinggi. Efek tersebut mungkin tidak terasa saat usia muda, tetapi risiko meningkat seiring bertambahnya usia. Karena itu, NSAID sebaiknya digunakan hanya saat benar-benar diperlukan. Untuk keluhan ringan, pilihan sederhana seperti kompres hangat, istirahat cukup, dan hidrasi memadai bisa menjadi alternatif yang lebih aman bagi tubuh.