Foomer Official – Usulan Indonesia untuk memperluas format SEA Games dengan mengundang negara di luar Asia Tenggara langsung memantik diskusi hangat di kawasan. Gagasan bertajuk SEA Games Plus ini dianggap sebagai langkah berani yang berpotensi mengubah wajah pesta olahraga dua tahunan tersebut. Di satu sisi, ide ini dipandang sebagai upaya meningkatkan kualitas kompetisi dan eksposur internasional. Namun di sisi lain, sejumlah pengamat menilai rencana tersebut terlalu prematur karena belum melalui pembahasan regional yang menyeluruh. Di Malaysia, wacana ini disorot dengan kehati-hatian, mengingat SEA Games selama puluhan tahun dibangun sebagai simbol kebersamaan Asia Tenggara. Oleh karena itu, setiap perubahan format dinilai harus mempertimbangkan sejarah, tujuan awal, serta keseimbangan kepentingan seluruh negara anggota ASEAN.
Alasan Indonesia Mengusulkan Perluasan Peserta
Komite Olimpiade Indonesia (NOC) menyampaikan bahwa usulan ini lahir dari keinginan memperluas cakupan kompetisi dan meningkatkan daya saing atlet. Ketua NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari menjelaskan bahwa komunikasi telah dilakukan dengan beberapa negara, termasuk Australia dan Selandia Baru. Menurutnya, keterlibatan negara Oseania dapat memberi pengalaman bertanding yang lebih kompetitif bagi atlet Asia Tenggara. Selain itu, konsep SEA Games Plus dirancang sebagai ajang terpisah dari SEA Games reguler, sehingga tidak langsung menggantikan format lama. Rencananya, edisi perdana akan digelar di Filipina pada 2028. Meski demikian, gagasan ini masih berada pada tahap wacana dan belum mendapatkan persetujuan resmi dari seluruh pemangku kepentingan di kawasan.
“Baca Juga : Rahasia Cryosauna Jorge Lorenzo di Balik Drama MotoGP 2015“
Kekhawatiran Malaysia soal Identitas SEA Games
Pengamat olahraga Malaysia, Pekan Ramli, menjadi salah satu pihak yang menyuarakan kekhawatiran. Ia menilai SEA Games memiliki identitas kuat sebagai ajang khusus negara Asia Tenggara. Menurutnya, memperluas peserta tanpa tujuan pengembangan yang jelas justru berisiko mengaburkan karakter tersebut. Pekan menegaskan bahwa kawasan ini telah melalui proses panjang untuk menata ulang SEA Games, termasuk kesepakatan memprioritaskan cabang olahraga berstandar Olimpiade. Oleh sebab itu, perubahan besar dinilai seharusnya difokuskan pada penguatan struktur yang sudah ada. Dalam pandangannya, memperbesar skala kompetisi tidak selalu sejalan dengan peningkatan kualitas jika tidak disertai arah yang terukur dan disepakati bersama.
Stabilitas yang Baru Dicapai Dinilai Perlu Dijaga
SEA Games dalam beberapa tahun terakhir disebut baru mencapai stabilitas setelah berbagai dinamika panjang. Reformasi cabang olahraga, pembatasan nomor non-Olimpiade, serta upaya menjaga keseimbangan antarnegara menjadi hasil kompromi yang tidak mudah. Karena itu, sebagian kalangan di Malaysia khawatir wacana SEA Games Plus justru membuka kembali perdebatan lama yang telah diselesaikan. Pekan Ramli menilai fokus utama seharusnya tetap pada pembenahan kualitas penyelenggaraan, tata kelola, dan pembinaan atlet di Asia Tenggara. Dengan kata lain, stabilitas yang sudah dicapai dianggap sebagai modal penting yang tidak seharusnya dikorbankan demi eksperimen format baru.
“Baca Juga : Dari Octagon ke Kekayaan: Kisah Petarung UFC dengan Bayaran Tertinggi Sepanjang Masa”
Respons Beragam di Kawasan Asia Tenggara
Meski kritik muncul dari Malaysia, respons kawasan tidak sepenuhnya seragam. Beberapa pihak melihat potensi positif dari keterlibatan negara kuat seperti Australia dan Selandia Baru. Kehadiran mereka dinilai bisa mendorong standar kompetisi yang lebih tinggi dan memacu peningkatan performa atlet regional. Namun, negara lain memilih bersikap hati-hati sambil menunggu kejelasan konsep dan mekanisme pelaksanaan. Perbedaan pandangan ini menunjukkan bahwa SEA Games Plus bukan sekadar isu olahraga, melainkan juga menyangkut diplomasi regional dan identitas kolektif Asia Tenggara. Oleh karena itu, dialog terbuka dan transparan menjadi kunci agar wacana ini tidak memicu polarisasi di antara negara anggota.
Masa Depan SEA Games di Tengah Dinamika Baru
Perdebatan seputar SEA Games Plus mencerminkan tantangan besar dalam menjaga relevansi ajang olahraga regional di tengah perubahan global. Di satu sisi, inovasi dibutuhkan agar SEA Games tidak tertinggal. Namun di sisi lain, nilai historis dan identitas kawasan tetap harus dijaga. Kritik dari Malaysia menjadi pengingat bahwa setiap langkah transformasi perlu dirancang dengan visi jangka panjang dan konsensus bersama. Dengan begitu, SEA Games dapat terus menjadi ruang persaingan sehat sekaligus simbol persatuan Asia Tenggara, apa pun bentuk inovasi yang kelak dipilih.