Foomer Official – Isu kesehatan masyarakat kembali mencuat setelah CISDI mengusulkan penerapanGula, Garam, dan Lemak (GGL) pada produk pangan kemasan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran konsumen terhadap kandungan nutrisi dalam makanan sehari-hari. Langkah ini dinilai penting mengingat angka penyakit tidak menular di Indonesia terus meningkat. Menariknya, banyak pakar gizi justru menyambut baik inisiatif ini. Mereka menganggap label GGL sebagai cara efektif untuk edukasi publik yang lebih luas.
Konsumsi gula, garam, dan lemak yang berlebihan menjadi penyebab utama berbagai masalah kesehatan. Hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung meningkat drastis dalam dua dekade terakhir. Label GGL bisa menjadi pengingat visual yang cepat dipahami konsumen. Dengan mengetahui jumlah kandungan tersebut, masyarakat akan lebih waspada dalam memilih makanan. Kebiasaan membaca label ini juga mendorong gaya hidup yang lebih sehat. Tidak cukup hanya kampanye, perlu alat bantu seperti label untuk perubahan nyata.
“Baca Juga : Kemendag Ungkap Modus Nakal Distributor Minyakita”
Sejumlah pakar gizi dari berbagai institusi akademik memberikan dukungan terbuka terhadap usulan CISDI. Mereka menyebut bahwa literasi gizi masyarakat masih sangat rendah. Label GGL dianggap sebagai alat intervensi yang tepat untuk menjembatani pengetahuan tersebut. Bahkan beberapa pakar menyarankan agar warna label dibuat mencolok agar mudah terbaca. Selain itu, informasi juga harus disampaikan dalam bahasa yang sederhana. Dengan demikian, masyarakat dari berbagai latar belakang pendidikan bisa memahami pesan yang disampaikan.
Beberapa negara telah lebih dulu menerapkan kebijakan serupa. Chile, Meksiko, dan Inggris misalnya, sukses menurunkan tingkat konsumsi bahan pangan tinggi gula dan lemak. Mereka menggunakan sistem label yang jelas, lengkap, dan mudah dimengerti. Bahkan, beberapa produk diberi peringatan jika melebihi batas aman. Indonesia bisa belajar dari keberhasilan tersebut untuk mengadaptasi sistem yang sesuai konteks lokal. Dengan dukungan regulasi dan pengawasan ketat, sistem label GGL bisa berdampak besar bagi kesehatan nasional.
“Simak juga: BKPM Turun Tangan Usai Viral Jatah Proyek Rp5 T”
Meski terlihat menjanjikan, penerapan label GGL tentu tidak tanpa tantangan. Produsen makanan menjadi pihak yang paling terdampak oleh kebijakan ini. Banyak dari mereka khawatir bahwa informasi tersebut bisa menurunkan penjualan. Selain itu, biaya tambahan untuk mendesain ulang kemasan juga menjadi isu tersendiri. Pemerintah perlu memberi pendampingan agar proses transisi berjalan lancar. Edukasi kepada pelaku industri juga sangat penting agar mereka memahami tujuan kebijakan ini.
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dan BPOM diharapkan dapat menjadi ujung tombak pelaksanaan label GGL. Mereka memiliki wewenang untuk merumuskan standar, mengawasi pelaksanaan, dan menindak pelanggaran. Regulasi yang jelas dan konsisten akan membantu proses implementasi berjalan efisien. Selain itu, kolaborasi dengan instansi lain seperti Kemendag dan Kemenperin juga dibutuhkan. Tidak kalah penting adalah sosialisasi masif ke masyarakat melalui media massa dan media sosial.
Label GGL juga bisa dimanfaatkan sebagai bagian dari kurikulum pendidikan kesehatan di sekolah. Anak-anak bisa diajarkan cara membaca label gizi sejak usia dini. Dengan begitu, mereka terbiasa mempertimbangkan aspek kesehatan dalam memilih makanan. Program ini bisa dikombinasikan dengan pelatihan memasak sehat di lingkungan sekolah. Jika kebiasaan tersebut terbentuk sejak kecil, maka generasi muda akan tumbuh lebih sehat dan kritis terhadap pilihan konsumsi mereka.
Peran media dan figur publik juga tidak bisa diabaikan. Kampanye label GGL akan lebih efektif jika didukung tokoh-tokoh yang memiliki pengaruh besar. Influencer kesehatan, chef terkenal, hingga selebritas bisa dilibatkan untuk menyebarkan pesan positif. Konten-konten edukatif tentang membaca label dan memilih produk sehat bisa disebarkan lewat platform digital. Semakin luas jangkauan pesan, semakin tinggi pula kesadaran masyarakat.
Dukungan pakar gizi terhadap usulan CISDI menunjukkan bahwa label GGL bukan sekadar simbol. Ia adalah bagian dari gerakan nasional menuju masyarakat yang lebih sadar akan kesehatannya. Pemerintah, produsen, dan konsumen perlu bersinergi agar implementasinya berjalan sukses. Dengan sistem yang transparan dan edukatif, label GGL dapat menjadi awal dari perubahan besar dalam pola makan masyarakat Indonesia.