Foomer Official – Wakil Ketua MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) Indonesia. Sudirman Said, baru-baru ini menegaskan bahwa alih impor bahan bakar minyak (BBM) ke energi baru terbarukan (EBT) harus dilakukan secara bertahap. Pernyataan ini disampaikan di tengah pembahasan kebijakan pemerintah mengenai transisi energi yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada BBM impor dan mempercepat penggunaan sumber daya energi yang ramah lingkungan. Sudirman Said menekankan bahwa peralihan ini sangat penting untuk menjaga ketahanan energi nasional. Namun harus didukung dengan langkah-langkah yang matang, terutama dalam hal infrastruktur dan kebijakan yang tepat.
Pernyataan Sudirman Said sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada impor BBM dalam beberapa tahun ke depan. Selama ini, Indonesia telah menghabiskan dana yang sangat besar untuk mengimpor BBM guna memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Alih impor BBM ini diharapkan dapat mengurangi defisit neraca perdagangan dan meningkatkan ketahanan energi nasional. Menurut Sudirman, langkah pertama dalam transisi ini adalah memperkuat infrastruktur energi terbarukan dan memastikan bahwa sumber energi seperti tenaga surya, angin, dan biomassa dapat dimanfaatkan secara maksimal.
“Baca Juga : HUAWEI Mate X6 Hadir dengan Fitur Multitasking dan Instalasi Google Apps Cepat”
Salah satu kunci utama dalam mengurangi ketergantungan pada BBM impor adalah dengan memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT). EBT memiliki banyak keunggulan, mulai dari keberlanjutannya yang tidak terbatas. Hingga dampaknya yang lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar fosil. Pemerintah Indonesia sendiri telah memiliki target ambisius untuk meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauran energi nasional. Meskipun EBT masih memiliki beberapa tantangan, seperti biaya investasi awal yang cukup tinggi dan kebutuhan akan teknologi yang lebih baik, transisi ini dianggap sebagai langkah yang harus dilakukan untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.
Sudirman Said juga menegaskan pentingnya kebijakan pemerintah dalam mendukung transisi energi ini. Pemerintah perlu memberikan insentif kepada perusahaan-perusahaan yang berinvestasi dalam proyek energi terbarukan serta mendorong penelitian dan pengembangan teknologi yang lebih efisien. Selain itu, kebijakan yang jelas dan konsisten mengenai harga energi dan subsidi energi juga sangat diperlukan untuk memfasilitasi peralihan yang lancar. Menurut Sudirman, tanpa dukungan kebijakan yang tepat, Indonesia akan kesulitan untuk mengurangi ketergantungan pada BBM impor dan mencapai target penggunaan EBT yang lebih besar.
“Simak juga: Rencana Prabowo Pangkas Biaya Haji, Apa Saja Komponen Utamanya?”
Meskipun langkah transisi ini sangat penting, ada berbagai tantangan yang perlu dihadapi. Salah satunya adalah infrastruktur energi terbarukan yang masih terbatas. Di beberapa daerah, penggunaan energi surya atau angin mungkin belum optimal karena terbatasnya sumber daya dan teknologi yang tersedia. Selain itu, pembangkit listrik yang berbasis BBM masih mendominasi pasokan listrik di Indonesia. Yang berarti bahwa transisi ke EBT harus dilakukan secara bertahap dan memerlukan waktu yang cukup lama. Tantangan lainnya adalah biaya awal yang cukup tinggi dalam mengembangkan teknologi energi terbarukan. Namun, Sudirman Said mengingatkan bahwa tantangan tersebut harus dihadapi dengan cara yang bijaksana dan inovatif.
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan energi terbarukan. Negara ini kaya akan sumber daya alam. Seperti matahari, angin, dan biomassa yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi yang bersih dan berkelanjutan. Misalnya, Indonesia berada di wilayah ekuator, yang berarti bahwa negara ini memiliki potensi energi surya yang sangat besar. Begitu juga dengan energi angin yang dapat dimanfaatkan di beberapa daerah, serta biomassa yang banyak tersedia dari sisa-sisa pertanian dan perkebunan. Semua potensi ini jika dikelola dengan baik akan sangat membantu dalam mencapai ketahanan energi yang berkelanjutan dan mengurangi ketergantungan pada BBM impor.
Selain itu, Sudirman Said juga mengajak masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya penggunaan energi terbarukan dalam kehidupan sehari-hari. Edukasi kepada masyarakat tentang manfaat energi bersih dan penggunaan teknologi ramah lingkungan harus diperkuat. Masyarakat perlu memahami bahwa peralihan dari BBM ke EBT tidak hanya berdampak positif bagi lingkungan, tetapi juga bagi ekonomi jangka panjang. Kesadaran kolektif ini akan mempercepat adopsi energi terbarukan dan mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah yang ada.
Sudirman Said mengingatkan bahwa pemerintah harus memiliki peran yang sangat besar dalam mendorong transisi energi ini. Investasi dalam infrastruktur dan pengembangan teknologi harus diperkuat untuk memastikan bahwa peralihan dari BBM ke EBT dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, pemerintah harus memastikan bahwa peraturan dan kebijakan yang ada dapat mendukung pengembangan EBT. Hal ini termasuk memperkenalkan kebijakan yang mengurangi hambatan administratif dan memberikan kemudahan bagi para pelaku industri yang ingin berinvestasi di sektor energi terbarukan.