Foomer Official – Indonesia memiliki sumber daya energi terbarukan yang sangat besar. Laporan terbaru dari Institute for Essential Services Reform (IESR) mengungkapkan fakta menarik. Potensi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia mencapai 333 gigawatt (GW). Angka ini menunjukkan bahwa Indonesia bisa menjadi pemain utama di sektor EBT. Namun, pemanfaatannya masih jauh dari optimal. Banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mewujudkannya.
IESR mengidentifikasi beberapa sumber utama EBT di Indonesia. Sumber terbesar berasal dari tenaga surya yang mencapai 200 GW. Selanjutnya, ada potensi tenaga air sekitar 75 GW. Sumber lain termasuk tenaga angin, bioenergi, dan panas bumi. Indonesia memiliki lebih dari 23 GW potensi panas bumi. Energi angin juga bisa menyumbang sekitar 60 GW. Dengan beragam sumber ini, Indonesia berpeluang besar menjadi negara berbasis energi hijau.
“Baca Juga : Kenapa Daun Kelor Disebut Baik untuk Kesehatan Reproduksi Pria? “
Salah satu hambatan utama dalam pengembangan EBT adalah regulasi. Kebijakan energi di Indonesia masih banyak bergantung pada bahan bakar fosil. Subsidi untuk energi fosil masih tinggi, membuat EBT sulit bersaing. Selain itu, regulasi terkait investasi energi terbarukan masih kurang menarik. Proses perizinan yang rumit juga menghambat perkembangan sektor ini. Pemerintah perlu melakukan reformasi kebijakan untuk mempercepat transisi energi.
Selain regulasi, infrastruktur menjadi tantangan besar. Banyak daerah yang memiliki potensi EBT tetapi belum memiliki jaringan listrik yang memadai. Teknologi penyimpanan energi juga masih terbatas. Hal ini membuat pemanfaatan tenaga surya dan angin kurang efisien. Perlu ada investasi besar untuk membangun jaringan listrik yang mendukung EBT. Selain itu, teknologi baterai dan penyimpanan energi perlu dikembangkan lebih lanjut.
“Simak juga: Huh, Teori Manusia dari Alien? Konspirasi atau Bukti Nyata?”
Pengembangan EBT membutuhkan investasi yang sangat besar. Sayangnya, pendanaan untuk proyek energi hijau masih terbatas. Banyak investor ragu karena ketidakpastian regulasi. Selain itu, biaya awal untuk pembangunan infrastruktur cukup tinggi. Pemerintah perlu memberikan insentif bagi investor agar tertarik berinvestasi. Dukungan dari lembaga keuangan juga diperlukan untuk mempercepat proyek EBT.
Meskipun banyak tantangan, masa depan energi terbarukan tetap menjanjikan. Pemerintah telah menargetkan 23% bauran energi berasal dari EBT pada 2025. Namun, pencapaian target ini masih jauh dari harapan. Diperlukan kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan strategi yang tepat, Indonesia bisa menjadi pemimpin dalam energi hijau. Potensi 333 GW harus dimanfaatkan secara optimal untuk keberlanjutan energi nasional.