Foomer Official – Di era digital yang serba cepat ini, banyak perubahan terjadi dalam pola hidup, terutama di kalangan generasi muda. Salah satu tren yang tengah berkembang pesat di kalangan Gen Z adalah gaya hidup hedonisme. Gaya hidup ini sering kali dikaitkan dengan upaya mencari kesenangan secara maksimal, baik dari segi materi maupun pengalaman. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan hedonisme? Mengapa gaya hidup ini begitu menarik bagi generasi muda, khususnya Gen Z? Dan apa dampaknya bagi mereka di masa depan?
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menekankan bahwa tujuan utama manusia adalah mencari kesenangan dan kebahagiaan. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani “hedone” yang berarti kesenangan atau kenikmatan. Menurut prinsip hedonisme, seseorang dianggap berhasil apabila mampu meraih kebahagiaan melalui pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.
Dalam praktiknya, gaya hidup hedonisme mendorong seseorang untuk menikmati hidup tanpa banyak membatasi diri. Ini bisa mencakup aktivitas konsumtif seperti membeli barang-barang mewah, makan di restoran mahal, sering berlibur, mengikuti tren terbaru, atau menghabiskan waktu untuk hobi dan aktivitas yang dirasa menyenangkan. Walaupun pandangan ini memiliki sisi positif dalam upaya meraih kebahagiaan, pola hidup hedonis seringkali juga dikritik karena bisa mendorong perilaku konsumtif dan kurangnya fokus pada hal-hal yang lebih berkelanjutan dan bermakna.
“Baca Juga: Mike Tyson Tantang Jake Paul di Usia 58, Sang Anak Merasa Cemas”
Ada beberapa alasan mengapa gaya hidup hedonisme menarik bagi Gen Z. Pertama, generasi ini hidup di tengah era digital yang memungkinkan mereka untuk terhubung dengan tren global secara instan. Media sosial, seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, memperlihatkan berbagai gaya hidup mewah dan glamor yang dianggap menarik dan sering kali menjadi standar kebahagiaan di kalangan anak muda. Influencer atau selebriti di media sosial kerap kali menunjukkan gaya hidup yang penuh dengan pengalaman seru, liburan mewah, hingga barang-barang bermerek yang terlihat eksklusif. Hal ini memengaruhi cara pandang Gen Z terhadap kebahagiaan, sehingga mereka merasa bahwa kebahagiaan bisa dicapai dengan gaya hidup yang penuh dengan kenikmatan dan kemewahan.
Selain itu, Gen Z dikenal sebagai generasi yang menghargai pengalaman lebih daripada materi. Meski mereka sering membeli barang-barang mewah, Gen Z cenderung memprioritaskan pengalaman, seperti perjalanan ke tempat wisata yang unik, mencoba aktivitas ekstrem, atau menghadiri konser dan acara festival. Kebebasan untuk mengekspresikan diri dan merayakan pengalaman ini membuat mereka merasa lebih hidup dan bahagia.
Meski terlihat menyenangkan, gaya hidup hedonisme juga memiliki sisi gelap yang perlu diperhatikan, khususnya terkait kesehatan mental. Ketika kebahagiaan diukur dari pengalaman yang bersifat material atau konsumtif, ada risiko munculnya perasaan tidak puas yang terus-menerus, apalagi dengan tekanan untuk terus mengikuti tren terbaru. Perasaan “kurang” atau “tidak cukup” ini kerap menimbulkan kecemasan dan stres, terutama bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk memenuhi gaya hidup tersebut.
Selain itu, media sosial sering kali menampilkan kehidupan yang sudah melalui proses “filter,” sehingga hanya memperlihatkan sisi terbaik dari seseorang. Banyak anak muda yang akhirnya membandingkan kehidupan mereka dengan apa yang mereka lihat di layar, yang dapat memicu perasaan rendah diri atau bahkan depresi. Gen Z, yang sangat terhubung dengan dunia digital, bisa mudah terpengaruh oleh standar kebahagiaan yang sering kali tidak realistis tersebut.
Gaya hidup hedonisme dapat berdampak pada keuangan jangka panjang. Banyak anak muda yang terjebak dalam pola konsumtif dan mengabaikan pentingnya menabung atau berinvestasi untuk masa depan. Mereka lebih memilih menggunakan uang untuk kesenangan sesaat, seperti membeli gadget terbaru, fashion mewah, atau bahkan berlibur ke luar negeri. Meskipun hal ini memberikan kebahagiaan sementara, kurangnya perencanaan finansial bisa berujung pada masalah keuangan di masa depan.
Banyak dari Gen Z yang tergoda untuk menggunakan layanan kredit atau cicilan demi memenuhi gaya hidup ini. Sayangnya, ketika tidak terkelola dengan baik, hutang konsumtif bisa membebani kehidupan mereka. Bagi sebagian orang, mengelola keuangan untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup hedonisme menjadi tantangan. Pada akhirnya dapat memengaruhi stabilitas finansial mereka seiring bertambahnya usia.
“Simak Juga: Agus Korban Penyiraman Air Keras Akan Jalani Perawatan Mata di Singapura”