Foomer Official – Kisah inspiratif datang dari sudut kampung di pinggiran Yogyakarta. Seorang ibu rumah tangga bernama Sumiati, atau akrab disapa Bu Sum, berhasil menghidupkan kembali warung kecilnya. Sebelumnya, warung tersebut nyaris tutup akibat dampak pandemi dan persaingan ketat. Namun segalanya berubah ketika ia menjadi peserta program pendampingan UMKM dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Lewat bimbingan intensif dan pendanaan yang terstruktur, Bu Sum berhasil membawa usahanya bangkit. Warungnya kini tak hanya hidup kembali, tapi juga tumbuh pesat dengan pelanggan yang terus bertambah.
Bu Sum memulai usahanya hanya dengan modal kecil. Warungnya menyediakan kebutuhan harian seperti sembako, jajanan, dan kebutuhan dapur. Namun ketika pandemi melanda, pelanggan berkurang drastis. Persaingan dari toko modern dan warung online juga makin terasa. Stok barang menipis, omzet menurun, dan semangatnya nyaris padam. Ia sempat ingin menutup warung sepenuhnya. Tapi dorongan dari keluarga dan tetangga membuatnya bertahan. Pada saat itulah ia mendengar informasi tentang program BRI yang ditujukan untuk pelaku UMKM terdampak krisis.
“Baca Juga : Waspada! Penipuan Internet Renggut Rp1,7 T”
Setelah mendaftar dan lolos seleksi, Bu Sum mendapatkan pendampingan langsung dari tim BRI. Mereka melakukan survei ke lokasi dan melihat langsung kondisi warungnya. Tim kemudian menyusun rencana perbaikan mulai dari pencatatan keuangan, pengaturan stok, hingga strategi pemasaran. Tidak hanya teori, Bu Sum diajari langsung bagaimana mengelola usaha dengan sistem sederhana. Ia juga diajak mengikuti pelatihan digital untuk memperluas pasar lewat platform daring. Hal yang sebelumnya terasa rumit, perlahan menjadi mudah berkat pendekatan yang ramah dan praktis.
Salah satu kendala terbesar Bu Sum adalah keterbatasan modal. Ia sering kali kesulitan restok barang karena dana terbatas. Melalui program BRI, ia mendapatkan akses ke pembiayaan mikro dengan bunga ringan. Dana itu ia gunakan untuk menambah variasi produk dan memperbaiki tampilan warung. Ia juga belajar memanfaatkan pinjaman secara bijak, hanya untuk kebutuhan produktif. Dalam waktu beberapa bulan, omzetnya mulai naik. Pelanggan yang semula hanya tetangga sekitar, kini datang dari RT lain. Bahkan ada yang memesan melalui pesan WhatsApp karena sudah tahu kualitas warung Bu Sum.
“Simak juga: Justin Trudeau Resmi Melepaskan Jabatan Karena Konflik Partai”
Dengan bimbingan dari BRI, Bu Sum mulai melakukan digitalisasi kecil-kecilan. Ia menerima pembayaran non-tunai menggunakan QRIS yang disediakan BRI. Ini membuat warungnya terlihat lebih modern dan mengikuti tren zaman. Ia juga belajar membuat katalog barang melalui status WhatsApp dan grup ibu-ibu PKK. Selain itu, ia mulai memanfaatkan aplikasi kasir sederhana untuk mencatat pemasukan dan pengeluaran. Semua perubahan ini membuat warungnya lebih tertata dan efisien. Pelanggan merasa nyaman, dan Bu Sum bisa memantau kondisi keuangan dengan lebih akurat.
Kesuksesan Bu Sum tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri. Warungnya kini menjadi tempat berkumpul warga. Banyak ibu-ibu yang datang tak hanya untuk belanja, tapi juga bertanya soal cara ikut program UMKM. Bu Sum sering diminta berbagi pengalaman dan bahkan membantu tetangga menyusun proposal usaha. Ia menjadi inspirasi lokal, menunjukkan bahwa dengan kemauan belajar dan kerja keras, usaha kecil pun bisa bangkit. Bahkan beberapa pemuda desa mulai tertarik membuka usaha sendiri karena terinspirasi dari cerita Bu Sum dan warung sederhananya.
Kisah Bu Sum hanyalah satu dari ribuan cerita sukses yang lahir dari program pendampingan BRI. Bank milik negara ini memang menaruh perhatian besar pada sektor UMKM. Melalui program seperti BRIncubator dan Rumah BUMN, BRI menyediakan wadah edukasi dan pembiayaan untuk pelaku usaha. Pendekatan yang digunakan tak hanya berbasis dana, tapi juga penguatan kapasitas. Hal ini sesuai dengan misi BRI untuk menjadi mitra sejati pelaku UMKM. Mereka percaya bahwa pertumbuhan ekonomi nasional bisa dimulai dari warung kecil seperti milik Bu Sum.