Foomer Official – Depresi bukan sekadar perasaan sedih yang berlangsung lama. Ini adalah gangguan kesehatan mental yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang. Salah satu gejala yang sering terlihat adalah keengganan melakukan kegiatan dasar. Kegiatan sehari-hari seperti mandi, makan, atau bahkan bangun dari tempat tidur terasa berat. Banyak orang bertanya mengapa hal yang tampaknya sepele menjadi tantangan besar. Penjelasannya tidak hanya psikologis, tetapi juga biologis. Depresi memengaruhi otak, energi, motivasi, dan persepsi terhadap tugas sederhana.
Salah satu dampak utama depresi adalah kelelahan ekstrim. Rasa lelah ini berbeda dari kelelahan biasa setelah bekerja. Orang dengan depresi sering merasa tak punya energi sejak bangun tidur. Bahkan setelah tidur panjang, tubuh tetap terasa berat. Akibatnya, aktivitas sekecil apa pun terasa menguras tenaga. Mandi bukan lagi sekadar rutinitas, tapi seperti tugas berat. Tubuh menolak bergerak meskipun ada keinginan untuk bangkit. Kelelahan ini bisa berlangsung berhari-hari bahkan berminggu-minggu. Ini membuat seseorang terjebak dalam siklus tidak produktif.
“Baca Juga : Meta Berencana Pisahkan Instagram dan Reels, Benarkah?”
Depresi menyerang motivasi secara langsung. Otak tidak merespons dorongan untuk beraktivitas seperti biasanya. Hal-hal yang dulu memberi kepuasan kini terasa hambar. Tidak ada dorongan dari dalam untuk melakukan rutinitas. Bahkan mandi yang biasanya menyegarkan terasa tidak penting. Motivasi rendah ini bukan karena malas, tapi karena otak kehilangan sinyal positif. Otak tidak lagi memberikan “hadiah” emosional setelah menyelesaikan tugas. Inilah sebabnya aktivitas dasar menjadi terbengkalai. Penderita depresi merasa tidak ada manfaat yang cukup untuk melakukannya.
Depresi mengundang pikiran negatif yang tidak kunjung berhenti. Pikiran-pikiran ini sangat melelahkan dan memengaruhi keputusan. Misalnya, seseorang mungkin berpikir dirinya tidak layak tampil bersih. Atau merasa tidak ada gunanya merawat diri karena hidup terasa sia-sia. Pikiran seperti ini membuat mereka menunda mandi. Lama-kelamaan, penundaan berubah menjadi kebiasaan. Bahkan ketika sadar bahwa tubuh perlu dibersihkan, pikiran negatif kembali menahan langkah. Ini menciptakan lingkaran yang sulit diputus. Orang sekitar pun sering salah paham dan menganggap penderita malas.
“Simak juga: Pemerintah Siapkan Skema Pungutan Baru untuk Ekspor Kelapa”
Depresi dapat menyebabkan seseorang merasa terputus dari identitasnya. Mereka merasa bukan lagi diri mereka yang dulu. Hal ini membuat kebutuhan dasar seperti mandi terasa asing. Merawat diri tidak lagi dirasakan sebagai bentuk cinta diri. Bahkan melihat diri di cermin bisa memicu rasa benci atau malu. Dalam kondisi ini, mandi bukan solusi, tapi pemicu kecemasan. Beberapa bahkan merasa tubuhnya menjijikkan atau tidak layak dirawat. Semakin kuat perasaan ini, semakin berat pula menjalani rutinitas sederhana. Situasi ini bisa memperparah isolasi sosial.
Depresi merusak struktur kehidupan sehari-hari. Jam tidur menjadi tidak teratur, begitu juga waktu makan dan mandi. Tanpa struktur, otak kehilangan sinyal kapan harus melakukan apa. Hari-hari terasa kabur dan tidak memiliki arah. Tidak ada rutinitas jelas yang membantu memulai aktivitas. Ini sangat berpengaruh terhadap kebiasaan seperti mandi. Saat seseorang tidak memiliki alasan untuk keluar rumah, mandi pun terabaikan. Kegiatan tersebut tidak dianggap mendesak karena tidak ada struktur waktu. Akibatnya, hari berganti tanpa perubahan perilaku yang berarti.
Banyak penderita depresi menyadari bahwa mereka tidak mandi. Namun, mereka merasa malu dan takut dihakimi jika ketahuan. Hal ini justru memperparah perasaan bersalah yang mereka alami. Saat ditegur, mereka merasa lebih tertekan dan makin menutup diri. Tekanan sosial untuk tampil bersih kadang terasa menyakitkan. Padahal, penderita sebenarnya ingin berubah, hanya tidak mampu. Tekanan itu malah membuat mereka merasa lebih buruk tentang diri sendiri. Rasa malu ini dapat menjadi penghalang besar dalam proses pemulihan. Pemahaman dan empati dari orang sekitar sangat dibutuhkan.
Depresi sering kali hadir bersama gangguan lain seperti kecemasan atau kelelahan kronis. Keduanya memperburuk keengganan menjalani rutinitas pribadi. Beberapa penderita juga mengalami masalah tidur parah. Akibatnya, waktu bangun tidak menentu, dan jadwal mandi ikut kacau. Ada juga yang mengalami rasa sakit fisik karena depresi. Nyeri otot atau sakit kepala membuat mandi menjadi menyiksa. Semua ini memperlihatkan bahwa alasan tidak mandi jauh lebih kompleks. Mandi menjadi simbol betapa sulitnya mengelola diri dalam depresi. Bukan karena tidak peduli, tapi karena beban terasa terlalu besar.
Dukungan dari orang terdekat dapat membuat perbedaan besar. Kata-kata penuh pengertian bisa memotivasi mereka untuk mencoba. Jangan langsung menyuruh mandi, tapi ajak berbicara dulu. Validasi perasaan mereka penting agar merasa dimengerti. Dengan pendekatan empatik, mereka mungkin merasa cukup aman untuk berubah. Rutinitas kecil yang dibangun bersama bisa sangat membantu. Misalnya, menemani mereka menyusun jadwal harian sederhana. Beri waktu dan ruang tanpa tekanan berlebihan. Proses ini lambat, tapi setiap langkah kecil patut dihargai. Koneksi emosional kadang lebih kuat dari seribu nasihat.