Foomer Official – Indonesia mengambil pendekatan yang berbeda dalam diplomasi internasional. Pemerintah memutuskan untuk menjajaki jalur bisnis sebagai pintu masuk ke Amerika Serikat. Fokus utama adalah membangun kedekatan dengan tokoh berpengaruh seperti Donald Trump. Langkah ini dianggap strategis dalam memperkuat hubungan bilateral, terutama jika Trump kembali ke panggung politik.
Donald Trump bukan hanya mantan presiden Amerika Serikat. Ia juga dikenal sebagai taipan real estate dan tokoh bisnis yang berpengaruh. Dalam dunia internasional, ia punya jaringan luas yang mencakup Asia. Indonesia memandang ini sebagai peluang untuk menjalin kedekatan secara ekonomi. Pemerintah menyusun strategi diplomatik berbasis kerja sama bisnis.
Salah satu tujuan utama diplomasi ini adalah meningkatkan arus investasi dua arah. Indonesia membuka pintu untuk perusahaan Amerika yang ingin berinvestasi. Sektor yang ditawarkan meliputi infrastruktur, energi terbarukan, dan teknologi digital. Sebagai imbal balik, Indonesia juga mendorong BUMN dan pengusaha lokal untuk melebarkan sayap di pasar AS.
Langkah konkret telah dilakukan dengan mengirim delegasi khusus ke Amerika Serikat. Delegasi ini terdiri dari pejabat kementerian dan perwakilan dunia usaha. Dalam pertemuan dengan sejumlah mitra strategis, delegasi RI juga menjajaki kemungkinan bertemu langsung dengan Trump. Tujuan utamanya adalah membahas potensi kolaborasi yang saling menguntungkan.
“Simak juga: Kebiasaan Sehat yang Ternyata Mempercepat Penuaan”
Untuk memperkuat langkah ini, Indonesia juga menggandeng konsultan lobi di Washington DC. Lobi ini bertugas membuka akses ke lingkaran dalam politik Amerika. Termasuk di antaranya adalah jaringan bisnis yang memiliki kedekatan dengan Trump. Strategi ini diambil agar diplomasi Indonesia bisa lebih efektif dan adaptif terhadap dinamika politik AS.
Langkah Indonesia merayu Trump lewat jalur bisnis menuai berbagai tanggapan. Sebagian pengamat menilai ini sebagai strategi cerdas dan pragmatis. Namun, ada pula yang menganggapnya terlalu spekulatif. Mereka khawatir pendekatan ini tak akan efektif jika Trump tak lagi berpengaruh. Namun, pemerintah tetap optimis melihat peluang ke depan.
Langkah ini menandai pergeseran paradigma diplomasi Indonesia. Dari yang sebelumnya berfokus pada politik luar negeri klasik, kini bergeser ke ekonomi. Diplomasi ekonomi dianggap lebih fleksibel dan hasilnya bisa dirasakan langsung. Pemerintah ingin menjadikan diplomasi sebagai sarana membuka pasar, memperluas kerja sama, dan memperkuat daya saing nasional.
Salah satu yang jadi sorotan adalah kemungkinan kerja sama dengan Trump Organization. Perusahaan ini bergerak di bidang properti, hiburan, dan perhotelan. Indonesia punya potensi besar di sektor pariwisata dan infrastruktur premium. Kolaborasi ini bisa diwujudkan dalam bentuk pembangunan resort, hotel mewah, atau kawasan bisnis terpadu di Bali dan Jakarta.
Dalam kondisi dunia yang serba tidak pasti, Indonesia mencari cara baru untuk bertahan dan tumbuh. Diplomasi bisnis dianggap lebih relevan dibanding pendekatan tradisional. Negara-negara berkembang seperti Indonesia harus pandai membaca arah angin. Pendekatan dengan Trump mencerminkan upaya untuk masuk ke pasar AS lewat jalan non-formal.
Pemerintah juga memanfaatkan momen ini untuk memperkuat citra Indonesia. Bahwa RI bukan sekadar pasar, tetapi mitra strategis yang andal. Dalam berbagai forum internasional, Indonesia menonjolkan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi. Ini menjadi nilai tambah saat menjalin kerja sama dengan tokoh-tokoh bisnis global, termasuk Trump.
Meskipun menjanjikan, pendekatan bisnis ini tetap memiliki risiko. Salah satunya adalah ketergantungan pada figur tertentu seperti Trump. Jika terjadi perubahan politik di Amerika, kerja sama yang dirintis bisa terhambat. Pemerintah menyadari ini dan menyiapkan skenario cadangan. Strategi ini akan terus dievaluasi agar tetap relevan dan efektif.