BI Antisipasi Pelemahan Rupiah di Tengah Gelombang Demonstrasi
Foomer Official – Di tengah gelombang demonstrasi yang menyebar di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, Bank Indonesia (BI) menunjukkan sikap siaga. Aksi unjuk rasa yang berlangsung sejak Kamis lalu bukan hanya mengusik stabilitas sosial, tapi juga menimbulkan tekanan terhadap pasar keuangan.
Tak ingin lengah, BI menyatakan akan terus hadir di pasar. Tujuannya jelas—menjaga nilai tukar rupiah agar tetap stabil dan bergerak sesuai fundamentalnya. Erwin Gunawan Hutapea, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, menegaskan komitmen ini melalui pernyataan resmi, Senin (1/9).
Sebagai respons awal, BI melakukan berbagai intervensi. Antara lain melalui pasar spot, kontrak non-deliverable forward (NDF) luar negeri, dan DNDF di dalam negeri. Selain itu, BI juga aktif membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
BI tak hanya fokus pada pasar valuta asing. Mereka juga menjaga kecukupan likuiditas rupiah bagi perbankan. Ini dilakukan lewat transaksi repo, FX swap, serta lending facility. Dengan langkah ini, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga di tengah situasi yang bergejolak.
Sejumlah unjuk rasa yang dipicu oleh isu kenaikan tunjangan DPR dan insiden wafatnya seorang pengemudi ojol, Affan Kurniawan, kian menyulut ketegangan. Gelombang protes pun meluas. Pada Senin pagi, lebih dari 5.000 personel gabungan dikerahkan untuk mengamankan ibu kota.
Meski tekanan tinggi, rupiah berhasil menguat tipis ke level Rp16.466 per dolar AS. Namun, kondisi berbanding terbalik dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok hingga 3,06 persen. Ini menandakan bahwa pasar saham jauh lebih sensitif terhadap eskalasi politik.
Melalui berbagai instrumen dan pendekatan, Bank Indonesia telah menunjukkan upaya serius menjaga stabilitas rupiah. Namun, kestabilan jangka panjang tentu butuh dukungan seluruh elemen bangsa. Tanpa ketenangan sosial, ekonomi sulit tumbuh secara berkelanjutan.