Foomer Official – Fenomena apa itu lean diabetes menjadi perbincangan luas karena mematahkan anggapan lama bahwa diabetes tipe 2 hanya menyerang mereka yang mengalami obesitas. Di Asia Selatan, terutama India, kasus diabetes pada orang bertubuh kurus justru semakin sering ditemukan. Kondisi ini membuat para ahli metabolik bingung selama bertahun-tahun, sebab tubuh ramping biasanya diasosiasikan dengan metabolisme yang sehat. Namun, riset terbaru mengungkap bahwa sebagian penderita diabetes kurus mengalami kekurangan insulin sekaligus resistensi insulin. Kombinasi ini menyebabkan kadar gula darah meningkat meski berat badan rendah. Fenomena ini menandai perlunya pendekatan baru untuk memahami diabetes, karena tubuh kurus bukan jaminan bebas dari risiko metabolik.
Penemuan Penting yang Mengubah Cara Pandang Para Ahli
Studi yang dipublikasikan British Medical Journal tahun 2020 memberikan jawaban awal tentang apa itu lean diabetes pada populasi India. Penelitian yang dilakukan oleh Madras Diabetes Research Foundation dan Universitas Dundee ini menemukan subtipe diabetes yang unik pada pasien bertubuh kurus. Mereka mengalami gangguan fungsi pankreas sehingga tubuh memproduksi insulin dalam jumlah sangat rendah, disertai resistensi insulin yang terus meningkat. Dengan kondisi ini, gula darah tetap tinggi meski tidak ada kelebihan lemak tubuh. Penelitian ini menjadi tonggak penting, karena mematahkan paradigma klasik bahwa obesitas adalah penyebab tunggal diabetes tipe 2. Temuan ini menegaskan bahwa berbagai faktor metabolik bisa berperan, bahkan pada individu dengan BMI rendah.
“Baca Juga : Diet yang Cocok untuk Pemula: Langkah Awal yang Lebih Mudah dan Aman“
Faktor Risiko yang Memicu Lean Diabetes
Untuk memahami apa itu lean diabetes, faktor risiko perlu dicermati secara lebih luas. Gaya hidup tinggi karbohidrat, rendah serat, kurang aktivitas fisik, dan predisposisi genetik menjadi pemicu utama kondisi ini. Di banyak negara Asia, pola makan berbasis nasi putih, tepung olahan, dan gula sederhana menjadi kebiasaan harian yang tidak disadari berkontribusi pada tingginya kadar glukosa darah. Selain itu, beberapa individu memiliki kelainan genetik yang membuat sel beta di pankreas lebih mudah rusak. Kondisi ini menyebabkan insulin diproduksi dalam jumlah minimal sehingga tubuh tidak mampu menstabilkan gula darah. Pakar diabetes menyebut bahwa 10–20 persen penderita diabetes tipe 2 ternyata bertubuh kurus.
Resistensi Insulin yang Bisa Terjadi pada Siapa Saja
Salah satu inti dari apa itu lean diabetes adalah pemahaman bahwa resistensi insulin bisa menimpa siapa saja, tidak hanya orang obesitas. Banyak orang menganggap tubuh kurus berarti sensitif terhadap insulin, namun para peneliti menemukan bahwa ini tidak selalu benar. Sebagian individu kurus tetap mengalami resistensi insulin akibat faktor genetik atau pola makan tinggi gula sederhana. Di sisi lain, beberapa orang obesitas justru tidak mengalami resistensi insulin yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa respons tubuh terhadap insulin sangat dipengaruhi faktor metabolisme internal. Dengan demikian, tubuh ramping tidak pernah menjamin seseorang terbebas dari risiko diabetes, terutama bila kadar gula darah tidak terkontrol.
“Baca Juga : Diet Paleo dan Keto: Mana yang Tepat untuk Gaya Hidup Anda?“
Dampak Lean Diabetes dan Tantangan Penanganannya
Ketika membahas apa itu lean diabetes, penting untuk memahami dampaknya pada kesehatan jangka panjang. Lean diabetes sering kali lebih sulit didiagnosis karena pasien tidak menunjukkan ciri-ciri klasik seperti obesitas atau lingkar pinggang besar. Akibatnya, banyak orang bertubuh kurus tidak menyadari bahwa mereka mengalami gangguan insulin yang serius. Kondisi ini berpotensi menyebabkan komplikasi lebih cepat berkembang, mulai dari gangguan ginjal, kerusakan saraf, hingga penyakit jantung. Penanganan lean diabetes membutuhkan pendekatan personal, karena terapi standar diabetes tipe 2 tidak selalu efektif. Penderita kurus justru membutuhkan fokus pada peningkatan fungsi sel beta dan stabilisasi metabolisme.
Situasi Terkini Diabetes di Indonesia
Fenomena apa itu lean diabetes juga relevan di Indonesia, negara dengan jumlah pengidap diabetes terbesar kelima di dunia. Atlas IDF 2021 mencatat bahwa 1 dari 9 orang dewasa di Indonesia mengidap diabetes, dan sebagian besar tidak terdiagnosis. Indonesia memiliki tantangan ganda: meningkatnya obesitas sekaligus tingginya kasus diabetes pada individu bertubuh kurus. Pola makan tinggi karbohidrat sederhana, konsumsi gula berlebih, dan kurang gerak berperan besar. Kondisi ini membuat lean diabetes semakin sering ditemukan. Dengan populasi mencapai puluhan juta pasien, urgensi untuk meningkatkan kesadaran dan pemeriksaan dini menjadi sangat penting agar komplikasi berat bisa dicegah sejak awal.
Pentingnya Pemeriksaan Dini dan Gaya Hidup Seimbang
Untuk memahami dan mencegah apa itu lean diabetes, langkah utama adalah pemeriksaan kadar gula darah rutin, bahkan bagi mereka yang bertubuh ramping. Pemeriksaan HbA1c, tes resistensi insulin, dan evaluasi fungsi pankreas bisa memberikan gambaran kondisi metabolisme yang lebih lengkap. Selain itu, perubahan gaya hidup sederhana seperti mengurangi karbohidrat olahan, meningkatkan konsumsi serat, serta olahraga teratur, dapat membantu menekan risiko diabetes. Edukasi publik sangat dibutuhkan agar masyarakat tidak salah mengira bahwa tubuh kurus otomatis sehat. Lean diabetes mengingatkan kita bahwa kesehatan metabolik adalah hal yang kompleks dan perlu diperhatikan secara cermat.