Pertumbuhan Ekonomi 5,12 Diragukan, Sri Mulyani: Kita Tetap Percaya BPS
Foomer Official – Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa pemerintah masih menjadikan data BPS sebagai acuan utama dalam menilai kondisi ekonomi. Pernyataan ini muncul setelah data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 menuai keraguan. Menurutnya, BPS selalu menjelaskan metodologi dan sumber data yang digunakan secara transparan.
Presiden Prabowo Gunakan Data BPS untuk Evaluasi
Sri Mulyani menyatakan bahwa Presiden Prabowo Subianto juga memakai data BPS untuk menilai situasi ekonomi nasional. Pemerintah percaya integritas data yang disusun BPS tetap terjaga. Semua indikator resmi, termasuk konsumsi rumah tangga, berasal dari data yang mereka rilis.
Baca Juga : Warga RI Mulai Kesulitan Bayar Cicilan Mobil
Ekonom Kritik Perbedaan Data Industri Pengolahan
Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, menyebut ada kejanggalan pada data pertumbuhan industri pengolahan. BPS mencatat pertumbuhan sebesar 5,68 persen, namun PMI manufaktur menunjukkan angka 46,9. PMI tersebut berada di bawah ambang ekspansi.
PHK Massal Dianggap Bertentangan dengan Data Pertumbuhan
Bhima menyebut, jika benar industri tumbuh, maka seharusnya tenaga kerja juga meningkat. Namun kenyataannya, banyak terjadi PHK massal, terutama di sektor padat karya. Ini menandakan aktivitas produksi justru melemah.
Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Cukup Kuat
Bhima juga menyoroti pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang hanya 4,97 persen. Padahal sektor ini berkontribusi 54,2 persen terhadap PDB. Menurutnya, pertumbuhan konsumsi idealnya lebih dari 5 persen untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi 5,12 persen.