
Foomer Official – Langkah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI menyiapkan program pembelian kembali saham (buyback) menjadi sinyal kuat bahwa manajemen percaya pada prospek perusahaan. Selain itu, aksi ini juga bertujuan menjaga nilai saham dan memperkuat program kepemilikan saham untuk karyawan. Dengan kata lain, BRI ingin memastikan harga saham mencerminkan kekuatan fundamentalnya.
Menurut Direktur Finance & Strategy BRI, Viviana Dyah Ayu, perseroan masih memiliki anggaran hingga Rp3 triliun untuk buyback. Ia menyebut valuasi saham saat ini belum mencerminkan kinerja perusahaan. Karena itu, buyback menjadi langkah yang tepat.
Berdasarkan data Bloomberg per 31 Oktober 2025, 81% analis merekomendasikan beli untuk saham BBRI. Target harga rata-rata dalam 12 bulan ke depan berada di level Rp4.651 per saham. Selain itu, PBV BRI yang berada di 1,80x masih di bawah rata-rata lima tahun terakhir. Karena itulah saham ini disebut masih undervalue. Dari sudut pandang investor jangka panjang, kondisi ini sering menjadi peluang menarik.
“Baca Juga : Gelombang PHK di Pabrik Sepatu Tangerang: 2.200 Pekerja Kehilangan Pekerjaan”
Aksi buyback tidak hanya menjaga stabilitas harga saham, tetapi juga mendukung program kepemilikan saham karyawan. Program semacam ini biasanya meningkatkan motivasi internal dan menyelaraskan kepentingan karyawan dengan pemegang saham publik. Oleh karena itu, strategi ini dipandang sebagai langkah berkelanjutan untuk memperkuat struktur perusahaan.
Selain itu, buyback menjadi cara perusahaan menunjukkan komitmen pada tata kelola yang baik. Perusahaan memastikan harga saham tetap sehat dan stabil di pasar, terutama saat valuasi dianggap berada di bawah nilai wajar.
Program buyback ini sudah mendapat persetujuan dalam RUPS pada Maret 2025. Pelaksanaannya juga mengacu pada aturan OJK, khususnya POJK No. 29 Tahun 2023. BRI dapat melakukan buyback melalui Bursa atau di luar Bursa dalam batas waktu 12 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan dilakukan secara terukur dan sesuai regulasi.
“Baca Juga : Pertamina Patra Niaga Tambah Posko Keluhan Konsumen Jadi 17 Titik di Jawa Timur”
Hingga kuartal ketiga 2025, BRI mencatat laba Rp41,2 triliun. Total aset naik 8,2% YoY menjadi Rp2.123,4 triliun. Selain itu, Dana Pihak Ketiga tumbuh 8,2% YoY menjadi Rp1.474,8 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit meningkat 6,3% YoY menjadi Rp1.438,1 triliun.
Data ini menunjukkan bahwa BRI mampu menjaga kinerja meski kondisi ekonomi menantang. Dengan kinerja stabil, buyback menjadi langkah logis, bukan sekadar strategi jangka pendek.
Di sisi likuiditas dan permodalan, BRI berada pada posisi sangat aman. Rasio kecukupan modal (CAR) tercatat 25,4%, jauh di atas batas minimum regulator. Selain itu, LDR berada pada 86,5%, yang berarti ruang pertumbuhan kredit masih sangat luas. Dengan angka tersebut, BRI memiliki modal dan likuiditas yang kuat untuk terus berkembang.