Foomer Official – Bank Indonesia (BI) kembali mencatatkan perkembangan pesat dalam penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Indonesia. Hingga Oktober 2024, jumlah pengguna QRIS tumbuh signifikan sebesar 183,9% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Lonjakan ini menunjukkan keberhasilan Indonesia dalam memperluas digitalisasi transaksi keuangan dan mendukung inklusi keuangan nasional.
QRIS adalah standar pembayaran berbasis QR code yang dikembangkan oleh Bank Indonesia bekerja sama dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI). Tujuan utama QRIS adalah memudahkan transaksi digital lintas platform dengan mengintegrasikan berbagai penyedia layanan ke dalam satu standar nasional.
Sejak pertama kali diperkenalkan pada Agustus 2019, QRIS terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Data terbaru dari BI mengungkapkan bahwa hingga Oktober 2024, jumlah pengguna QRIS mencapai lebih dari 50 juta orang, jauh melampaui target awal yang ditetapkan pada tahun 2024. Pertumbuhan sebesar 183,9% ini menjadi bukti nyata bahwa masyarakat Indonesia semakin nyaman menggunakan layanan transaksi digital.
Deputi Gubernur Bank Indonesia, Doni Primanto Joewono, menyampaikan bahwa pertumbuhan pengguna QRIS mencerminkan transformasi digital yang berjalan sukses di sektor keuangan. “QRIS bukan hanya alat pembayaran, tetapi juga langkah strategis untuk meningkatkan inklusi keuangan dan memberdayakan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM),” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta.
“Baca Juga: Pemerintah Siapkan Tax Amnesty Lagi”
Beberapa faktor utama berkontribusi terhadap lonjakan pengguna QRIS:
1. Pandemi COVID-19 dan Perubahan Pola Transaksi: Pandemi mempercepat adopsi teknologi digital di masyarakat, termasuk dalam hal pembayaran. QRIS menjadi solusi ideal untuk pembayaran tanpa kontak (contactless), yang dianggap lebih aman dan praktis selama pandemi.
2. Ekspansi UMKM ke Ekosistem Digital: Bank Indonesia bersama mitra-mitranya gencar mengkampanyekan QRIS kepada pelaku UMKM di seluruh Indonesia. Dengan tarif transaksi yang terjangkau dan akses mudah, UMKM semakin tertarik menggunakan QRIS sebagai metode pembayaran utama.
3. Kemudahan dan Aksesibilitas: Penggunaan QRIS cukup mudah, hanya membutuhkan aplikasi pembayaran digital di ponsel pintar. Hal ini menjadikan QRIS sebagai opsi yang menarik, terutama bagi generasi muda yang terbiasa dengan teknologi.
4. Program Promosi dan Insentif: Pemerintah dan lembaga keuangan aktif mengadakan promosi, seperti cashback atau potongan harga bagi pengguna QRIS, yang turut menarik minat masyarakat.
5. Dukungan Infrastruktur: BI memastikan bahwa infrastruktur teknologi yang mendukung QRIS terus diperbarui untuk memastikan kecepatan, keamanan, dan keandalan dalam setiap transaksi.
“Simak Juga: Apple Tawarkan Rp 1,5 Triliun untuk iPhone 16, Usai Pabrik Rp 157 Miliar Ditolak”
Pertumbuhan pengguna QRIS tidak hanya berdampak pada sektor teknologi keuangan, tetapi juga pada perekonomian nasional. Berikut adalah beberapa dampak positif yang dihasilkan:
1. Peningkatan Inklusi Keuangan: QRIS memungkinkan akses ke layanan keuangan formal bagi masyarakat yang sebelumnya tidak memiliki rekening bank. Hal ini membuka peluang bagi mereka untuk terlibat dalam perekonomian digital.
2. Meningkatkan Omzet UMKM: Dengan menggunakan QRIS, pelaku UMKM dapat menjangkau konsumen yang lebih luas, termasuk mereka yang lebih memilih pembayaran digital. Hasilnya, banyak UMKM melaporkan peningkatan omzet setelah mengadopsi QRIS.
3. Efisiensi Transaksi: QRIS menghilangkan kebutuhan akan uang tunai, yang sering kali merepotkan dalam transaksi besar. Proses pembayaran menjadi lebih cepat dan efisien, baik bagi konsumen maupun pedagang.
4. Mendukung Digitalisasi Ekonomi: QRIS menjadi salah satu pilar penting dalam roadmap digitalisasi ekonomi Indonesia. Dengan semakin banyaknya pengguna, QRIS membantu mempercepat adopsi teknologi digital di berbagai sektor.
Meski pertumbuhan QRIS sangat menjanjikan, masih ada beberapa tantangan yang harus diatasi untuk memastikan adopsi lebih luas:
1. Literasi Digital: Tidak semua masyarakat, terutama di daerah pedesaan, memahami cara menggunakan QRIS. Bank Indonesia dan pihak terkait perlu terus meningkatkan literasi digital untuk mengedukasi masyarakat.
2. Infrastruktur Digital: Di beberapa wilayah, terutama di daerah terpencil, akses internet yang terbatas menjadi hambatan dalam penggunaan QRIS. Perlu ada langkah strategis untuk memperluas jangkauan jaringan internet.
3. Keamanan Transaksi: Dengan meningkatnya adopsi QRIS, potensi risiko keamanan juga bertambah. Oleh karena itu, diperlukan penguatan sistem keamanan untuk melindungi pengguna dari ancaman siber.
Untuk mengatasi tantangan ini, Bank Indonesia telah meluncurkan berbagai inisiatif, termasuk program edukasi keuangan digital, penguatan kerja sama dengan operator telekomunikasi, dan peningkatan regulasi keamanan digital. Selain itu, BI juga berencana memperluas layanan QRIS ke luar negeri, memungkinkan wisatawan asing untuk menggunakan metode pembayaran ini di Indonesia.
Namun, untuk menjaga momentum ini, perlu ada upaya berkelanjutan dalam mengatasi tantangan yang ada, seperti literasi digital dan infrastruktur. Dengan strategi yang tepat, QRIS memiliki potensi besar untuk menjadi standar pembayaran digital utama di Indonesia, sekaligus mendukung visi Indonesia sebagai negara maju berbasis digital pada tahun 2045.