Foomer Official – Gula darah tinggi kerap datang perlahan dan sering tidak disadari hingga menimbulkan keluhan serius. Banyak orang merasa tubuhnya baik-baik saja, padahal kebiasaan sehari-hari diam-diam mendorong lonjakan gula darah. Dokter endokrinologi dari Siloam Hospitals TB Simatupang, dr. I Gusti Ngurah Adhiartha, menegaskan bahwa pola hidup modern menjadi pemicu utama. Minuman manis, makanan instan, kurang tidur, dan stres kronis menjadi kombinasi berbahaya yang sering dianggap sepele. Selain itu, banyak orang beranggapan bahwa gula darah tinggi hanya dialami penderita diabetes. Padahal, lonjakan gula juga bisa terjadi pada siapa saja jika kebiasaan buruk terus dilakukan. Oleh karena itu, memahami pantangan gula darah tinggi menjadi langkah awal yang sangat penting. Kesadaran ini bukan hanya soal mencegah diabetes, tetapi juga menjaga kualitas hidup dalam jangka panjang.
Minuman Manis Jadi Pantangan Utama yang Paling Sering Diabaikan
Minuman manis menjadi pantangan utama bagi orang dengan gula darah tinggi, namun justru paling sering dikonsumsi tanpa rasa bersalah. Teh manis, kopi susu, minuman boba, soda, hingga minuman kemasan mengandung gula cair yang mudah diserap tubuh. Akibatnya, kadar gula darah melonjak tajam dalam waktu singkat. Menurut dr. Adhiartha, gula cair jauh lebih berbahaya dibanding gula dari makanan padat karena efeknya lebih cepat. Selain itu, minuman manis sering diminum berulang sepanjang hari, sehingga lonjakan gula terjadi terus-menerus. Banyak orang tidak menyadari bahwa satu gelas minuman manis bisa mengandung gula harian lebih dari batas aman. Jika kebiasaan ini terus berlanjut, risiko resistensi insulin akan meningkat. Karena itu, membatasi minuman manis bukan pilihan, melainkan keharusan bagi siapa pun yang ingin menjaga gula darah tetap stabil.
“Baca Juga : Puasa dalam Diet OCD: Antara Disiplin Diri, Manfaat Tubuh, dan Tantangan Mental“
Makanan Cepat Saji dan Karbohidrat Sederhana Perlu Dibatasi
Selain minuman manis, makanan cepat saji dan karbohidrat sederhana juga menjadi pantangan penting. Nasi putih, mi instan, roti putih, gorengan, dan makanan olahan lainnya mudah diubah menjadi glukosa dalam tubuh. Proses ini menyebabkan gula darah naik dengan cepat setelah makan. Dr. Adhiartha menekankan bahwa masalah utama bukan hanya jenis makanan, tetapi juga porsinya. Konsumsi berlebihan, meski makanan terlihat biasa, tetap berisiko. Makanan cepat saji juga tinggi lemak dan natrium yang memperburuk metabolisme tubuh. Dalam jangka panjang, kebiasaan ini dapat mempercepat terjadinya diabetes dan komplikasinya. Oleh karena itu, pengaturan porsi dan pemilihan karbohidrat kompleks menjadi kunci penting. Kesadaran ini membantu tubuh bekerja lebih stabil dalam mengelola kadar gula darah.
Kurang Tidur dan Stres Diam-diam Meningkatkan Gula Darah
Pantangan gula darah tinggi tidak hanya soal makanan, tetapi juga pola hidup. Kurang tidur dan stres berkepanjangan memiliki dampak besar terhadap metabolisme gula. Saat tubuh kurang istirahat, hormon stres seperti kortisol meningkat dan memicu kenaikan gula darah. Dr. Adhiartha menyebut bahwa risiko diabetes bisa meningkat hingga tujuh kali lipat pada orang yang sering begadang. Selain itu, stres emosional akibat tekanan kerja atau masalah pribadi membuat tubuh terus berada dalam mode siaga. Kondisi ini mendorong pelepasan hormon adrenalin dan noradrenalin yang ikut menaikkan gula darah. Sayangnya, faktor ini sering diabaikan karena tidak terlihat secara fisik. Padahal, mengelola stres dan tidur cukup merupakan bagian penting dari pengendalian gula darah yang sering terlupakan.
“Baca Juga : Perbedaan Diet Mediterania dan DASH: Mana yang Lebih Baik?“
Pantangan Lain yang Kerap Luput dari Perhatian
Ada beberapa pantangan lain yang sering tidak disadari berkontribusi pada gula darah tinggi. Konsumsi obat tertentu seperti steroid atau diuretik tanpa pengawasan dokter dapat memicu kenaikan gula. Pola makan tidak teratur, sering melewatkan makan lalu makan berlebihan, juga berdampak negatif. Selain itu, kurang aktivitas fisik membuat tubuh sulit menggunakan glukosa secara optimal. Pada penderita diabetes, ketidakpatuhan terhadap pengobatan, termasuk dosis insulin yang tidak tepat, menjadi penyebab utama gula darah tidak terkendali. Dr. Adhiartha menegaskan bahwa pengelolaan gula darah membutuhkan kedisiplinan dan pemahaman menyeluruh. Setiap kebiasaan kecil memiliki dampak besar jika dilakukan terus-menerus. Oleh sebab itu, pantangan ini perlu dipahami agar risiko komplikasi dapat ditekan sejak dini.
Alternatif Aman untuk Menjaga Gula Darah Tetap Stabil
Sebagai pengganti pantangan, dokter menyarankan memilih pola makan dan gaya hidup yang lebih aman. Makanan dengan indeks glikemik rendah seperti beras merah, ubi, sayuran hijau, dan buah beri membantu menjaga gula darah tetap stabil. Protein tanpa lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, tahu, dan tempe juga menjadi pilihan baik. Selain itu, cara memasak perlu diperhatikan. Metode kukus, rebus, atau menggunakan air fryer lebih dianjurkan dibandingkan menggoreng. Aktivitas fisik ringan secara rutin dan tidur cukup juga berperan besar. Dr. Adhiartha menegaskan bahwa pengendalian gula darah bukan hanya bergantung pada obat. Kebiasaan sehari-hari yang konsisten justru menjadi fondasi utama dalam menjaga kesehatan jangka panjang.