Benarkah Cacing Bisa Keluar Lewat Muntah dan BAB? Ini Jawaban Dokter
Foomer Official – Pernahkah Anda membayangkan saat BAB atau muntah, lalu melihat sesuatu yang bergerak dan ternyata itu adalah cacing? Meskipun terdengar mengerikan, kondisi ini bisa saja terjadi. Dalam kasus infeksi berat, cacing memang dapat keluar dari tubuh melalui muntah maupun tinja. Fenomena ini memicu banyak pertanyaan, terutama terkait bahaya dan pencegahannya.
Menurut Dr. Johannes Chandrawinata, SpGK, seorang dokter spesialis gizi klinis, keluarnya cacing lewat muntah atau tinja menandakan bahwa infeksi di dalam tubuh sudah tergolong parah. Ketika jumlah cacing terlalu banyak dan memenuhi saluran cerna, tubuh bisa bereaksi dengan memuntahkannya atau mengeluarkannya lewat feses. Hal ini tidak hanya mengganggu secara fisik, tetapi juga menimbulkan ketidaknyamanan psikologis.
Baca Juga : Taipan dalam Kasus Korupsi Eks Menteri Singapura Mengaku Bersalah
Tak dapat dipungkiri, masih banyak masyarakat yang hidup dalam kondisi sanitasi yang buruk. Inilah yang menjadi penyebab utama tingginya angka infeksi cacing. Ditambah lagi, kebiasaan seperti mengonsumsi sayuran mentah, makan di tempat yang tidak higienis, atau memakan daging yang kurang matang, semakin memperbesar risiko. Oleh karena itu, pencegahan harus dimulai dari gaya hidup bersih dan sehat.
Jika tidak segera diatasi, infeksi cacing dapat mengganggu penyerapan nutrisi di dalam tubuh. Dalam jangka panjang, hal ini menyebabkan anemia, kelelahan kronis, gangguan tumbuh kembang pada anak, dan bahkan menurunkan produktivitas orang dewasa. Itulah mengapa penting untuk memahami bahwa infeksi cacing bukanlah masalah sepele yang bisa diabaikan begitu saja.
Untungnya, infeksi cacing bisa dicegah dengan langkah-langkah sederhana. Mencuci tangan secara teratur, memastikan makanan matang sempurna, serta menjaga kebersihan lingkungan merupakan kunci utama. Edukasi kebersihan sejak dini juga sangat berperan, terutama bagi anak-anak yang sering memasukkan tangan ke mulut. Dengan kebiasaan yang konsisten, risiko infeksi cacing dapat ditekan secara signifikan.
Pemberian obat cacing secara berkala menjadi salah satu metode efektif dalam upaya pencegahan. WHO menyarankan terapi pencegahan setidaknya satu kali setahun di daerah dengan risiko tinggi. Jika angka infeksi melebihi 20 persen, maka terapi dapat dilakukan dua kali dalam setahun. Obat yang umum digunakan adalah albendazole 400 mg atau mebendazole 500 mg, cukup dalam satu dosis tunggal.
Meskipun obat cacing efektif, namun penanganan infeksi tidak cukup hanya dengan pengobatan. Perlu strategi yang lebih luas, seperti perbaikan akses air bersih, sanitasi yang memadai, serta edukasi tentang kebersihan diri dan lingkungan. Tanpa pendekatan yang menyeluruh, infeksi cacing akan terus menjadi masalah kesehatan yang berulang, terutama di wilayah dengan fasilitas yang terbatas.